DW Farm adalah contoh dari perwujudan konsep slow living yang produktif dan berorientasi pada ketahanan pangan mandiri yang didirikan oleh Mbak Dewi Apriani setelah memutuskan untuk resign dari karir profesionalnya di bidang IT, DW Farm berawal dari kekhawatiran yang terbilang visioner dan tentunya menginspirasi.
Mbak Dewi sendiri termotivasi oleh sebuah diskusi yang memprediksi potensi punahnya teknologi dan listrik di masa depan, mendorongnya untuk mengalihkan fokus dari pekerjaan kantor ke sektor yang tak lekang dimakan zaman: peternakan dan pertanian.
Dengan lokasi awal di Cibinong, Kabupaten Bogor, motivasinya terbilang sangat sederhana, namun mendasar yaitu mencapai ketahanan pangan mandiri bagi keluarga untuk meminimalisir biaya belanja harian, mingguan, bahkan bulanan, terutama untuk kebutuhan protein hewani.
Perjalanan DW Farm dimulai dari modal yang sangat minim, yakni hanya dua ekor ayam jantan dan tujuh ekor ayam betina. Dengan total sembilan ekor ayam kampung asli tersebut, ia mulai melakukan budidaya secara mandiri.
Perjalanan DW Farm dimulai dari modal yang sangat minim, yakni hanya dua ekor ayam jantan dan tujuh ekor ayam betina. Dengan total sembilan ekor ayam kampung asli tersebut, ia mulai melakukan budidaya secara mandiri.
Awalnya, hasil telur dan anak ayam yang berlebih hanya dipasarkan melalui cara yang sangat sederhana mengunggah status di WhatsApp atau media sosial pribadi kepada teman-teman kantor dan kenalan. Konsistensi dalam pemasaran kecil-kecilan ini ternyata membawa hasil yang besar.
Ketika permintaan meningkat, ia mulai menerapkan strategi bisnis yang cerdas yaitu hasil budidaya dijual pada momen high season seperti Lebaran, di mana harga jual ayam potong atau hidup menjadi sangat tinggi.
Keuntungan yang didapatkan dari penjualan ini tidak langsung dinikmati, melainkan diputar kembali untuk membeli bibit baru, memungkinkan DW Farm untuk berkembang pesat hingga saat ini memiliki ratusan ekor ayam dan sudah mulai merambah ke budidaya ikan nila.
Dalam pengelolaan ternaknya, DW Farm menerapkan sistem semi umbar dengan fokus utama pada kesejahteraan alami ayam. Mereka memilih untuk tidak menerapkan vaksinasi, melainkan mengandalkan tiga sifat alami ayam, yaitu mandi tanah, berjemur di bawah sinar matahari, dan bertengger.
Dalam pengelolaan ternaknya, DW Farm menerapkan sistem semi umbar dengan fokus utama pada kesejahteraan alami ayam. Mereka memilih untuk tidak menerapkan vaksinasi, melainkan mengandalkan tiga sifat alami ayam, yaitu mandi tanah, berjemur di bawah sinar matahari, dan bertengger.
Metode ini dipercaya menjaga ayam tetap sehat dan bahagia. Untuk pakan, DW Farm menggunakan pakan pabrikan penuh (full pabrikan) yang diperkaya dengan sumber pakan alami seperti sayur-sayuran, daun pisang muda, daun pepaya dan azolla.
DW Farm kini membudidayakan berbagai jenis ayam, termasuk ayam elba dan arab untuk kampung petelur, isa brown untuk ras petelur, serta ayam pedaging. Dengan sistem kandang yang ideal yakni 1 jantan dan 4 betina per kandang 80x130 cm, dan menariknya hasil panen telurnya mencapai 3 hingga 4 butir per hari.
Produk yang dijual pun bervariasi, mulai dari telur konsumsi, telur fertil, anak ayam usia 1 bulan ke atas (tidak menjual DOC), ayam pullet, hingga indukan siap produksi.
Menurutnya slow living bukan diukur dari besarnya nominal tabungan atau aset, melainkan dari mindset dimana seseorang dapat tetap produktif, menghasilkan uang dan bekerja, namun dirinya sendiri yang memegang kendali atas ritme dan waktunya dimana hal ini ni adalah perwujudan dari rasa syukur yang besar.
Menurutnya slow living bukan diukur dari besarnya nominal tabungan atau aset, melainkan dari mindset dimana seseorang dapat tetap produktif, menghasilkan uang dan bekerja, namun dirinya sendiri yang memegang kendali atas ritme dan waktunya dimana hal ini ni adalah perwujudan dari rasa syukur yang besar.
Bagi para pemula yang ingin mengikuti caranya, ia menyarankan untuk memulai dari hal yang paling sederhana. Ia mendorong untuk mencoba bertanam sayuran seperti bayam, cabai, kangkung atau tomat dan bagi yang menyukai ternak, memulainya dengan ayam kampung asli yang tidak memerlukan mesin tetas dengan modal awal yang sama yaitu 2 jantan dan 7 betina, dan yang terpenting, konsisten memutar kembali modal hasil penjualan untuk mengembangkan usaha.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Oktober 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu