Ikan sepat adalah kelompok ikan air tawar yang banyak ditemukan di perairan Indonesia, khususnya di Jawa, Kalimantan, dan Sumatera, serta tersebar luas di negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam.
Habitat aslinya meliputi rawa, sawah, dan sungai kecil dengan air yang tidak terlalu deras. Keistimewaan ikan sepat terletak pada kemampuannya bertahan di berbagai kondisi air, bahkan di air yang agak asam atau kekurangan oksigen.
Rahasia ini ada pada organ khusus bernama labirin, yang memungkinkan ikan ini menghirup oksigen langsung dari udara. Hal ini berarti budidaya ikan sepat tidak memerlukan aerator atau sistem oksigenasi yang rumit, menjadikannya pilihan yang mudah dan menguntungkan.
Ada beberapa varian jenis ikan sepat, termasuk sepat biru, sepat madu, sepat mutiara, sepat rawa, dan sepat siam. Dari jenis-jenis tersebut, sepat rawa dan sepat siam adalah yang paling sering dikonsumsi, sementara yang lain populer sebagai ikan hias.
Sepat siam adalah jenis yang paling banyak dibudidayakan karena ukurannya bisa mencapai lebih dari 20 cm, jauh lebih besar dibanding sepat rawa yang rata-rata hanya 14 cm. Ukuran yang besar ini menjadikan sepat siam cocok diolah menjadi ikan asin premium dengan harga jual yang lebih tinggi.
Keunggulan lain dari sepat siam adalah kemampuannya beradaptasi dengan mudah di lingkungan baru. Ikan ini hanya membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk bisa memijah (bertelur) setelah didatangkan ke lingkungan baru, memungkinkan pembenihan dilakukan dengan cepat dan berulang.
Induk jantan akan membuat sarang gelembung udara di permukaan air. Pembudidaya biasanya menebarkan daun pisang kering di atas kolam untuk membantu proses ini, di mana sarang gelembung akan menempel pada daun.
Induk jantan akan membuat sarang gelembung udara di permukaan air. Pembudidaya biasanya menebarkan daun pisang kering di atas kolam untuk membantu proses ini, di mana sarang gelembung akan menempel pada daun.
Telur akan menetas setelah gelembung berwarna kekuningan. Dari 20 pasang induk, bisa dihasilkan 6 sampai 7 sarang telur per bulan, yang kemudian akan menetas menjadi larva.
Pada tahap pendederan larva ditempatkan dalam bak berisi air setinggi 40 cm. Daun pisang kering ditambahkan untuk menumbuhkan infusoria, yaitu pakan alami bagi larva. Selama 2 minggu pertama, larva tidak perlu diberi pakan buatan.
Pada tahap pendederan larva ditempatkan dalam bak berisi air setinggi 40 cm. Daun pisang kering ditambahkan untuk menumbuhkan infusoria, yaitu pakan alami bagi larva. Selama 2 minggu pertama, larva tidak perlu diberi pakan buatan.
Memasuki minggu ketiga, baru diberikan pakan serbuk berprotein tinggi sekitar 40 persen. Setelah 1 bulan, benih ikan sepat akan mencapai ukuran 1 sampai 2cm dengan tingkat kelangsungan hidup 75 hingga 80 persen.
Benih dipindahkan ke wadah yang lebih besar dengan kepadatan 500 ekor per meter kubik. Selama 2 minggu pertama diberi pakan serbuk, lalu dilanjutkan dengan pelet kecil berdiameter 1 mm.
Benih dipindahkan ke wadah yang lebih besar dengan kepadatan 500 ekor per meter kubik. Selama 2 minggu pertama diberi pakan serbuk, lalu dilanjutkan dengan pelet kecil berdiameter 1 mm.
Dalam 1 bulan, benih bisa tumbuh hingga 4 cm dengan kelangsungan hidup 80 sampai 90 persen. Setelah itu, benih siap untuk dibesarkan di kolam tanah menggunakan hapa dengan kepadatan 50 ekor per meter persegi.
Untuk pakan digunakan pelet terapung berdiameter sekitar 2 mm dengan kadar protein 30 persen, diberikan dua kali sehari (pagi dan sore). Untuk efisiensi, daun kering juga dapat ditambahkan di kolam. Daun-daunan ini akan menumbuhkan perifiton (lapisan lumut mikro) yang menjadi pakan alami bagi ikan sepat.
Untuk pakan digunakan pelet terapung berdiameter sekitar 2 mm dengan kadar protein 30 persen, diberikan dua kali sehari (pagi dan sore). Untuk efisiensi, daun kering juga dapat ditambahkan di kolam. Daun-daunan ini akan menumbuhkan perifiton (lapisan lumut mikro) yang menjadi pakan alami bagi ikan sepat.
Uniknya, air kolam tidak perlu jernih yaitu air berwarna hijau atau kecoklatan justru menandakan ketersediaan pakan alami yang melimpah. Aspek inilah yang menjadikan budidaya ikan sepat hemat biaya dan ramah lingkungan.
Dari sisi ekonomi, budidaya ikan sepat sangat menjanjikan. Dengan menjual benih ukuran 4 cm seharga Rp. 500 sampai Rp. 750 per ekor, petani bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 250 per ekor. Dengan 20 pasang induk, potensi keuntungan bersih bisa mencapai Rp. 1.500.000 per bulan, yang dapat dilakukan secara berulang.
Dari sisi ekonomi, budidaya ikan sepat sangat menjanjikan. Dengan menjual benih ukuran 4 cm seharga Rp. 500 sampai Rp. 750 per ekor, petani bisa mendapatkan keuntungan sekitar Rp. 250 per ekor. Dengan 20 pasang induk, potensi keuntungan bersih bisa mencapai Rp. 1.500.000 per bulan, yang dapat dilakukan secara berulang.
Sebagian besar ikan sepat di pasaran masih berasal dari tangkapan alam, namun permintaannya terus meningkat, terutama dalam bentuk ikan asin. Ini menunjukkan peluang usaha budidaya ikan sepat masih sangat terbuka lebar, dengan ketersediaan benih unggul.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Oktober 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu