Budidaya ikan lele telah menjadi salah satu sektor penting dalam industri perikanan di Indonesia, terutama karena tingginya permintaan akan lele untuk konsumsi. Salah satu metode terbaru dalam budidaya lele yang semakin populer adalah sistem air kocor, sebuah pendekatan yang terbukti lebih efisien dibandingkan sistem konvensional.
Metode ini diulas dalam sebuah video yang diupload oleh channel youtube Dislautkan DIY pada tanggal 26 Mei 2025, dengan judul "Budidaya Lele Generasi Air Kocor". Video ini membahas praktek budidaya yang dijalankan oleh Pokdakan Berkah Galeri Jaya, sebuah kelompok pembudidaya ikan lele yang berlokasi di Gumuk Ringinharjo, Bantul. Kelompok ini diketuai oleh Bapak Muhammad Suprianto, seorang pelaku usaha perikanan yang telah menekuni bidang ini selama bertahun-tahun.
Pokdakan Berkah Galeri Jaya awalnya menggunakan metode konvensional dalam budidaya lele sejak tahun 2015 hingga 2018. Namun, pendekatan tersebut memiliki banyak tantangan, termasuk masalah air yang keruh dan berbau, yang menjadi keluhan warga sekitar. Kolam konvensional memiliki tingkat amonia yang tinggi, yang berkontribusi terhadap penurunan kualitas air dan meningkatkan risiko penyakit pada ikan.
Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kelompok ini kemudian beralih ke sistem air kocor, yang terbukti mampu menjaga kualitas air tetap bersih dan bebas dari bau tidak sedap. Sistem ini tidak hanya mengurangi risiko pencemaran lingkungan, tetapi juga memungkinkan evaluasi dini terkait efisiensi pakan dibandingkan hasil daging, sehingga pembudidaya dapat meminimalisir potensi kerugian sejak dini. Bahkan, evaluasi dapat dilakukan dalam rentang waktu tiga minggu, memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam pengelolaan pakan.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu wilayah dengan permintaan lele yang sangat tinggi dan stabil. Namun, pasokan ikan lele di DIY masih bergantung pada daerah lain seperti Boyolali, Kebumen, Kediri, Purworejo, Salatiga, dan Tulungagung, menunjukkan bahwa potensi pengembangan budidaya lele di daerah ini masih sangat besar. Dengan meningkatnya kebutuhan pasar, sistem air kocor berpotensi menjadi solusi bagi peternak ikan yang ingin meningkatkan produksi tanpa harus menghadapi tantangan besar yang dihadapi dalam sistem konvensional.
Lele yang akan dibudidayakan biasanya berasal dari benih dengan ukuran sekitar 4-6 cm atau 5-7 cm, dengan masa ideal budidaya antara 65 hingga 70 hari untuk menghasilkan daging dengan kualitas terbaik. Meskipun pernah dilakukan uji coba panen pada usia 38 hari, hasilnya menunjukkan bahwa kualitas daging masih belum sempurna, sehingga rentang waktu ideal tetap berada di kisaran 65-70 hari.
Dari segi sarana dan prasarana, sistem air kocor tidak terlalu berbeda dengan metode konvensional. Namun, penggunaan kolam dengan diameter 3 meter lebih disarankan karena memudahkan pengelolaan air dan sistem perputaran oksigen. Sistem ini memerlukan pompa air dan pipa untuk inlet, dengan perbedaan signifikan bahwa pompa harus menyala 24 jam penuh agar air tetap bersih dan segar.
Sistem air kocor memiliki potensi keuntungan yang cukup besar. Untuk memulai budidaya, minimal diperlukan tiga kolam, dengan estimasi modal awal berkisar antara Rp. 10 juta hingga Rp. 11 juta, mencakup pembelian kolam, pemasangan pompa air, sumur bor, instalasi air dan pemasangan paranet.
Perkiraan kebutuhan pakan adalah 4 sak per 1.000 ekor, dengan harga Rp. 380.000-Rp. 400.000 per sak. Jika satu kolam berisi 5.000 ekor lele, maka modal pakan sekitar Rp. 8 juta (20 sak) dan benih Rp. 1 juta-Rp. 1,2 juta, sehingga total modal mencapai Rp. 9,5 juta. Dari satu kolam, panen bisa mencapai 550-650 kg, dengan harga jual Rp. 20.000/kg, menghasilkan pendapatan sekitar Rp. 11 juta. Setelah dipotong berbagai biaya, keuntungan bersih per kolam berkisar antara Rp. 1,5 juta hingga Rp. 3,3 juta.
Dengan keunggulan dalam menjaga kualitas air dan efisiensi produksi, sistem air kocor menawarkan solusi inovatif bagi pembudidaya ikan lele. Harapan ke depan adalah semakin banyak masyarakat yang tertarik untuk memulai usaha budidaya lele, khususnya di DIY, guna memenuhi kebutuhan yang masih tinggi. Dukungan dari pemerintah dan komunitas lokal menjadi faktor penting dalam pengembangan usaha ini, sehingga bisa memberikan manfaat bagi perekonomian masyarakat serta membuka lapangan pekerjaan baru.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Juni 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu