Maggot adalah istilah umum untuk larva dari serangga terutama dari jenis lalat hitam dan merupakan tahap perkembangan awal dari serangga sebelum menjadi lalat hitam dewasa. Salah satu jenis larva maggot yang paling populer untuk budidaya adalah maggot bsf (Black Soldier Fly) yang memiliki beberapa keunggulan yaitu terkandung akan protein, lemak, dan mineral yang sangat baik untuk pertumbuhan terutama bagi segala jenis hewan ternak. Berdasarkan data bahwa kandungan protein larva maggot 30 sampai 45 persen dan terdapat asam lemak essensial linoleat dan linolenat
Menurut info dari channel youtube Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa lalat yang lebih mirip tawon ini bukanlah hama seperti lalat pada umumnya yang bisa membawa bibit penyakit, justru jenis lalat ini kini sudah mulai dibudidayakan menggunakan wadah khusus kandang lalat bsf. Menurut info yang admin dapat seekor lalat bsf betina dapat bertelur hingga 400 sampai 800 butir telur di dalam penangkaran.
Sebagian besar larva dari lalat ini adalah berperan sebagai dekomposer atau pengurai, larva yang mirip dengan belatung ini sangat efektif dalam mengurai sampah organik seperti sisa makanan, bangkai hewan, dan tumbuhan yang membusuk sehingga proses dari penguraian ini membantu mengurangi volume sampah.
Sebagai makanan ternak
Maggot sebagai pakan ternak ini bisa diberikan pada hewan ternak seperti budidaya ikan konsumsi baik dalam keadaan hidup atau sudah dikeringkan. Menariknya lagi maggot juga anti jamur dan anti membawa bibit penyakit sehingga aman dikonsumsi oleh ikan atau hewan tetnak lainnya.
Minat masyarakat terhadap budidaya maggot semakin meningkat terutama untuk kebutuhan budidaya peternakan dan pemerintah mulai memberikan perhatian serius terhadap budidaya maggot dan memberikan berbagai dukungan seperti pelatihan, penyediaan bibit, dan pengembangan pasar.
Seperti yang dilakukan oleh Ari Romanov Rahman yang merupakan Ketua Kelompok Den Maggot lulusan Sarjana Teknik Industri yang belum berpengalaman dalam dunia ternak sudah membudidayakan maggot dalam lahan tertutup yang terbilang luas sejak tahun 2015.
Alasannya membudidayakan maggot adalah bahwa pakan dari pabrik yang sudah terbilang mahal juga keberadaannya ia tinggal juga terdapat beberapa perairan air tawar dan ada yang memanfaatkan untuk budidaya perikanan seperti lele dan nila. Selain ada nilai ibadah dari budidaya maggot karena bisa mengurai sampah organik dan menjadi pakan alternatif bagi ternak yang tinggi protein.
Awal budidaya maggot adalah pada lahan 50 meter persegi dan sudah bisa menghasilkan 20 kg perminggu yang mana indukan lalat diambil dari alam dan perlu waktu sekitar 4 bulan untuk menetaskan telur lalat bsf ini. Dari hasil awal tersebut dengan potensi dari maggot yang banyak manfaatnya ini pada tahun 2016 ia mulai melakukan pengembangan usaha di daerah Gunung Sindur Kabupaten Bogor dengan luas lahan 200 meter persegi dan bisa menghasilkan 100 kg perminggu.
Pada tahun 2020 kelompok ternak ini mendapat bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti bangunan permanen, mesin pencacah, mesin pengering, mesin prees minyak, mesin penepung, kendaraan roda tiga dan peralatan pendukung lainnya untuk budidaya maggot. Dengan bantuan dan dukungan dari pemerintah ini hasil budidaya kelompok Den Maggot ini bisa mencapai 600 kg perhari. Menurut penjelasan dari Ari 600 kg perhari itu didapat dari 2,5 ton sampah organik dan untuk mendapatkan sampah-sampah organik dibantu oleh rekan-rekannya dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Dengan demikian maggot yang mengandung protein tinggi dan nutrisi penting lainnya ini sangat baik untuk pertumbuhan ternak seperti unggas dan ikan dan larva dari lalat spesial ini memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam berbagai bidang peternakan sebagai pakan alternatif yang sangat direkomendasikan. Dengan pengelolaan yang baik budidaya maggot dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi lingkungan dan ekonomi para pelaku usahanya.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Oktober 2024
Kata kunci: maggot, larva, lalat BSF, budidaya, sampah organik, pakan ternak