Garra rufa atau yang dikenal luas diberbagai negara sebagai doctor fish, merupakan ikan air tawar kecil dari keluarga Cyprinidae yang berasal dari kawasan perairan di Timur Tengah, terutama sungai-sungai di Turki, Irak dan Iran. Popularitas Garra rufa meningkat karena kemampuannya memakan sel kulit mati manusia, menjadikannya sebagai terapi fish spa. Namun, di luar peran terapeutik, Garra rufa tetap membutuhkan perawatan dan nutrisi yang tepat agar tetap sehat dan aktif.
Menurut info yang admin dapat di alam liar di perairan tawar Turki, ikan yang terbiasa hidup di air agak hangat ini hidup di perairan yang mengalir dan kaya akan oksigen terlarut. Ikan ini terbiasa mencari makanan di dasar sungai, mengonsumsi berbagai jenis mikroorganisme seperti alga dan detritus organik. Kebiasaan makan tersebut menunjukkan bahwa Garra rufa merupakan omnivora oportunistik, yang akan memakan apa pun yang tersedia dan sesuai dengan ukuran tubuhnya. Oleh karena itu, dalam pemeliharaan buatan, penting untuk meniru pola makan alami agar ikan tetap sehat dan tidak mengalami stres.
Suhu ideal berkisar antara 25 hingga 30 Derajat celcius, di mana metabolisme menjadi lebih aktif, nafsu makan meningkat dan respons terhadap interaksi lebih tinggi, termasuk dalam terapi fish spa. Suhu hangat juga mendukung proses reproduksi serta menjaga kesehatan kulit.
Kualitas air merupakan faktor penting dalam pemeliharaannya dengan pH antara 6,5 sampai 7,5 juga dipastikan air bebas dari klorin dan memiliki kadar oksigen yang cukup. Penggunaan aerator dan filter sangat dianjurkan untuk menjaga sirkulasi dan kebersihan air. Air yang terlalu dingin atau terlalu asam dapat membuat ikan menjadi pasif, kehilangan nafsu makan, dan rentan terhadap penyakit.
Namun, kestabilan suhu sangat penting. Perubahan suhu yang drastis dapat menyebabkan stres dan penyakit. Penggunaan heater aquarium dengan termostat serta termometer air sangat dianjurkan agar suhu tetap terkontrol dan sesuai dengan kebutuhan biologis Garra rufa.
Kesalahan umum dalam pemeliharaan Garra rufa adalah mengandalkan terapi fish spa sebagai satu-satunya sumber makanan. Meskipun ikan ini memang memakan sel kulit mati manusia, jumlah dan kualitas nutrisi dari kulit manusia tidak cukup untuk mendukung pertumbuhan dan kesehatan jangka panjang. Pemberian makanan tambahan yang kaya protein, vitamin, dan mineral sangat diperlukan agar sistem imun tetap kuat dan metabolisme optimal.
Pelet ikan hias merupakan pilihan praktis dan efisien. Ukuran pelet sebaiknya kecil, sekitar 1–2 mm, agar sesuai dengan ukuran mulut Garra rufa. Pelet berkualitas tinggi seperti Hikari, Takari atau Tetra Bits biasanya mengandung protein hewani dan nabati, serta tambahan vitamin C dan spirulina untuk menjaga warna tubuh dan daya tahan. Pemberian pelet dapat dilakukan 2 sampai 3 kali sehari dalam jumlah kecil yang habis dalam beberapa menit.
Selain pelet, makanan hidup seperti artemia dan cacing sutera sangat baik untuk variasi dan stimulasi naluri berburu. Cacing sutera kaya protein dan cocok untuk ikan dewasa, sedangkan artemia lebih sesuai untuk larva dan ikan muda. Makanan hidup juga membantu meningkatkan aktivitas dan respons terhadap lingkungan sekitar.
Untuk yang sedang melakukan budidayanya larva yang baru menetas, makanan perlu disesuaikan dengan ukuran dan kemampuan. Pada hari ke 3 setelah menetas, larva dapat diberi kuning telur rebus yang dihaluskan dan diencerkan dalam air sebagai sumber protein dan lemak yang mudah dicerna. Setelah beberapa hari, pemberian rotifera atau artemia yang telah ditetaskan dapat dilakukan karena ukurannya sesuai dan kandungan nutrisinya tinggi.
Pemberian makanan harus dilakukan dengan disiplin dan pengamatan cermat. Hindari pemberian berlebihan karena sisa makanan yang tidak dimakan akan membusuk dan mencemari air. Air yang tercemar dapat menyebabkan stres, penyakit, bahkan kematian. Idealnya, pemberian dilakukan dalam jumlah kecil sambil mengamati respons ikan terhadap pakan.
Jika ikan ini dipelihara dalam kolam fish spa, pemberian makanan tambahan tetap diperlukan meskipun terjadi interaksi dengan kulit manusia. Terapi fish spa hanya memberikan sedikit nutrisi dan tidak dapat menggantikan kebutuhan harian. Bahkan, jika ikan dalam kondisi lapar, perilaku agresif dapat muncul, seperti menggigit kulit dengan lebih kuat, yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna spa.
Trend di Indonesia
Di Indonesia, Garra rufa sempat menjadi trend besar sekitar tahun 2008an dimana banyak pusat perbelanjaan dan tempat wisata menawarkan terapi fish spa sebagai layanan unik dan menyenangkan. Sensasi geli saat ikan menggigit lembut kulit kaki menjadi daya tarik tersendiri, dan terapi ini diklaim membantu mengatasi masalah kulit seperti psoriasis.
Media dan influencer turut berperan dalam mempopulerkan terapi ini, sehingga minat masyarakat meningkat tajam. Beberapa pengusaha seperti Andre Suwondo mulai membudidayakan Garra rufa secara lokal, sementara Nicholas Kurniawan, eksportir ikan hias termuda di Indonesia, sukses menjual ikan ini secara online dan menembus pasar ekspor melalui Garra Rufa Center.
Namun, seiring waktu, popularitas fish spa mulai menurun karena kekhawatiran akan risiko kesehatan. Terapi ini dinilai berpotensi menularkan penyakit jika air tidak steril atau ikan digunakan bergantian tanpa pengawasan medis. Beberapa negara bahkan melarang praktik fish spa karena alasan etika dan kebersihan.
Meski trend fish spa saat ini agak meredup, Garra rufa tetap menjadi ikan yang menarik untuk dibudidayakan. Selain nilai ekonominya, ikan ini memiliki daya tarik estetika dan cocok dijadikan peliharaan unik. Fenomena Garra rufa di Indonesia menjadi contoh bagaimana inovasi sederhana dapat berkembang menjadi tren besar dan peluang bisnis yang menjanjikan.
Kisah sukses di balik Garra rufa mengajarkan bahwa kreativitas dan keberanian mencoba hal baru dapat membuka jalan menuju kesuksesan, bahkan dari sesuatu yang tampak sepele seperti seekor ikan berukuran kecil.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu