Kisah tentang merintis usaha dari nol selalu menarik, apalagi jika usaha tersebut bisa bertahan lebih dari 20 tahun. Pembudidaya ikan hias dari Purbalingga ini membuktikan bahwa ketekunan, optimisme, dan visi jangka panjang adalah kunci dalam menjalankan usaha.
Ia percaya bahwa langkah awal dalam memulai usaha adalah menyiapkan mental dan bersikap telaten, juga mengingatkan agar para pemula tidak mudah tergiur dengan janji hasil besar yang sering muncul dalam promosi. Menurutnya, kenyataan di lapangan penuh tantangan dan risiko yang perlu dipelajari dengan sabar.
Usahanya dimulai setelah ia pulang dari bekerja di daerah Tangerang pada tahun 2000. Ia memulai dari kecil, dengan memfokuskan pada ikan hias jenis cupang dan manfish, yang mana hal ini dianggap paling aman untuk membangun usaha tanpa beban harapan yang terlalu tinggi.
Sekitar pada tahun 2001 menjadi titik penting saat ia memanfaatkan trend ikan louhan dimana membeli indukan louhan dengan harga murah di Jakarta, lalu menjualnya kembali di Purbalingga dengan harga lebih tinggi. Keuntungan ini digunakan untuk memperluas budidaya berbagai jenis ikan hias.
Baca juga : Pengalaman pelihara Louhan tahun 2000an
Seiring berjalannya waktu, jenis ikan yang dibudidayakan terus disesuaikan dengan permintaan pasar. Dari awalnya hanya tiga jenis, kini juga dibudidayakan ikan yang mudah berkembang biak seperti guppy dan molly, serta berbagai jenis ikan hias yang bertelur. Usaha ini pun berkembang menjadi salah satu pemasok grosir ikan hias di wilayahnya.
Menurutnya budidaya ikan hias memiliki tantangan tersendiri, terutama saat ikan masih dalam fase larva hingga remaja yang mana kualitas dari air dan pakan sangat menentukan dengan menggunakan air sumur bor yang bersih dan menekankan pentingnya air yang sudah diendapkan atau difilter, terutama saat packing atau mengganti air ikan yang sakit.
Tips sederhana juga dibagikan, seperti penggunaan daun ketapang untuk mengatasi jamur pada ikan cupang. Di wilayahnya beberapa peternak bahkan berhasil membudidayakan ikan manfish secara massal menggunakan terpal, meskipun secara teori ikan ini seharusnya dikembangbiakkan di aquarium, menunjukkan bahwa pengalaman dan kreativitas para pembudidaya mampu menghasilkan cara baru yang efektif.
Meski sudah lama sukses, tantangan seperti rasa jenuh dan penurunan penjualan, terutama saat masyarakat lebih fokus pada kebutuhan sekolah. Namun, rutinitas ini dijalani dengan santai, karena masa-masa sulit tersebut diyakini hanya bersifat sementara.
Visinya bukan lagi soal keuntungan pribadi, tetapi tentang membangun komunitas dan ingin membuat pasar ikan hias di Purbalingga agar para petani lokal bisa menjual langsung ke konsumen tanpa melalui pengepul. Harapannya, semangat dan kesejahteraan petani ikan hias bisa meningkat.
Singkatnya, perjalanan selama 22 tahun ini menunjukkan bahwa kesuksesan bukan hanya milik orang yang beruntung, tapi milik orang yang berani memulai dari nol, mau belajar dan tidak mudah menyerah meskipun menghadapai tantangan usahanya.
Kuningan November 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu