Kisah inspiratif pak Sadir berawal dari kehidupannya sebagai seorang perantau dan pekerja bangunan. Dengan penghasilan yang terbatas, ia sering kesulitan membeli buah pepaya untuk konsumsi sehari-hari dan dari keterbatasan itu muncul ide sederhana yaitu berkeinginan menanam pepaya sendiri.
Berbekal modal yang terjangkau yaitu sekitar Rp. 14.000, ia membeli buah pepaya yang dianggap kurang bagus di toko buah, mengambil bijinya, lalu menyemai sendiri. Dari 80 biji semai, tumbuh 30 pohon yang kemudian menghasilkan buah lebih banyak dari perkiraan.
Menurutnya hasil dari panen awal bahkan mampu memberikan omzet lebih dari Rp 2 juta per bulan, sebuah pencapaian yang mendorongnya untuk dapat menyewa lahan lebih luas dan menjadikan usaha ini sebagai sumber penghasilannya.
Dalam budidaya pepaya California, ia menerapkan teknik yang cukup teratur yaitu pada jarak tanam yang ideal adalah 2,5 meter x 3 meter, karena jarak ini memungkinkan sirkulasi sinar matahari maksimal sehingga buah tumbuh besar.
Jika jarak terlalu rapat, ukuran buah cenderung lebih kecil dan pepaya california dipilih karena memiliki keunggulan dibanding jenis lain yaitu ukurannya tidak terlalu besar, rasanya manis, dan daya simpannya lebih lama bisa bertahan hingga satu minggu setelah panen.
Pohon mulai berbuah pada usia empat bulan, tetapi baru siap dipanen sekitar tujuh bulan, dengan puncak produksi terjadi pada tahun pertama, dan sebelum menanam, lahan diolah, dibuat gulutan dan diberi pupuk kandang atau kompos untuk menormalkan pH tanah.
Pemupukan dilakukan secara rutin minimal sebulan sekali menggunakan pupuk NPK 16-16 dan Posca, dengan kombinasi hampir 50 persen pupuk organik dan sisanya pupuk kimia agar pertumbuhan lebih optimal.
Panen dilakukan secara teratur setiap minggu untuk menjaga kualitas buah, buah pepaya ini dipetik saat mulai menunjukkan warna agak kuning, bukan menunggu hingga kuning penuh, agar tetap manis dan tidak rusak selama perjalanan distribusi.
Tantangan terbesar adalah masalah air, karena kekurangan air tidak baik, tetapi kelebihan air bisa berakibat kurang baik juga bahkan cenderung fatal. Pak Sadir pernah kehilangan 250 pohon akibat lahannya kebanjiran dan mengenang airnya. Selain itu, hama seperti tikus dan burung juga menjadi kendala, tetapi ia menyikapinya dengan bijak, menurutnya, makhluk hidup lain juga membutuhkan makanan, sehingga ia memilih tidak menggunakan racun sebagai solusi.
Dari hasil kerja kerasnya, kini ia mampu memperoleh omzet sekitar Rp. 12 juta lebih per bulan, dengan pendapatan mingguan Rp. 3 juta. Saat itu, harga jual pepaya di pasar berkisar Rp. 5.000 per kilogram. Kesuksesan ini tidak hanya memberikan kehidupan yang lebih baik bagi dirinya, tetapi juga menjadi inspirasi bagi banyak orang.
Ia mendorong para pemuda untuk berani mencoba berwirausaha, karena menurutnya inti dari keberhasilan adalah niat dan kemauan. Kisah Bapak Sadir ini membuktikan bahwa dengan tekad kuat, modal kecil pun bisa berkembang menjadi usaha besar.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Desember 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu