Tampilkan postingan dengan label Maggot. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Maggot. Tampilkan semua postingan

Minggu, 28 September 2025

Budidaya di lahan terbatas perpaduan maggot dan unggas

Artikel review video youtube short ini adalah dari channel youtube CapCapung yang diupload pada tanggal 25 Februari 2025 dengan judul " Peluang usaha budidaya maggot di lahan terbatas"


Di tengah keterbatasan lahan, inovasi dalam sektor agribisnis menjadi hal penting untuk mencapai kemandirian ekonomi. Sebuah video singkat menyoroti model bisnis terintegrasi yang menjanjikan, yaitu budidaya maggot Black Soldier Fly (BSF) yang dipadukan dengan peternakan unggas. Hal ini akan memaksimalkan potensi lahan terbatas, tetapi juga membuat berbagai sumber pendapatan yang berkelanjutan, mulai dari maggot segar hingga telur dan daging unggas. 

Dengan luasan lahan yang terbatas ini mampu memproduksi hingga setengah ton maggot per bulan. Jika maggot segar ini dijual dengan harga rata-rata Rp. 8.000 per kilogram, potensi penghasilan yang bisa diraih mencapai Rp. 4 juta per bulan. Ini menunjukkan bahwa maggot merupakan solusi pengolahan sampah organik, bernilai ekonomi yang dapat diandalkan sebagai sumber pendapatan. 

Keunikannya ini terletak pada integrasinya dengan peternakan unggas, yang mana membuat aliran pendapatan beberlapis. Selain dari maggot segar, peternak juga mendapatkan penghasilan dari penjualan telur ayam Elba. Rata-rata satu ekor ayam Elba menghasilkan satu butir telur per hari, dengan harga jual Rp. 2.000 per butir. Jika memiliki 100 ekor ayam, maka pendapatan harian dari telur saja bisa mencapai Rp. 200.000.

Unggas pedaging yang dibudidayakan dalam sistem ini dapat mencapai berat 1,2 kilogram dalam waktu 4 hingga 5 bulan. Ini menambah potensi pendapatan mingguan atau bulanan dari penjualan daging unggas.

Untuk pendapatan tahunan, dalam video peternak juga membudidayakan entok. Entok memiliki harga jual yang ekonomis, terutama menjelang perayaan besar seperti Lebaran. Hal ini memungkinkan peternak untuk merencanakan pendapatan musiman yang signifikan.

Model budidaya maggot terintegrasi dengan unggas ini memberikan berbagai keuntungan, Lahan terbatas dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk berbagai jenis produksi, dari maggot hingga unggas. Maggot secara efektif mengelola limbah organik dari sisa pakan unggas atau sisa-sisa lainnya, mengurangi masalah sampah dan mengubahnya menjadi sumber daya. 

Maggot yang diproduksi dapat digunakan sebagai pakan alami yang kaya protein untuk unggas, mengurangi ketergantungan pada pakan pabrikan yang mahal.Dengan adanya berbagai sumber pendapatan (harian, mingguan, bulanan, tahunan), stabilitas finansial dapat lebih terjaga.

Secara keseluruhan, video ini menjelaskan pendekatan inovatif dan terintegrasi, peluang usaha budidaya di lahan terbatas dapat menghasilkan keuntungan yang substansial dan berkelanjutan. Model budidaya maggot dan unggas ini tidak hanya efisien secara ekonomi, tetapi juga mendukung praktik pertanian yang ramah lingkungan.

Semoga infonya bermanfaat.




Kuningan September 2025

Sabtu, 27 September 2025

Anak sekolah budidaya maggot yang menginspirasi

Artikel review video youtube kali ini adalah dari channel Tunas Hijau ID yang diupload pada tanggal 6 Juli 2025 dengan judul "Aksi Inspiratif dari Anak Sekolah Budidaya Maggot, Solusi Cerdas Hasil Menguntungkan".


Video kisah inspiratif dari tangan seorang siswi SMP Negeri 3 Surabaya yang bernama Mayfrina. Dalam video yang dipublikasikan memperlihatkan kreativitas seorang pelajar yang berhasil membudidayakan maggot larva dari lalat black soldier fly (BSF) yang berdampak baik pada lingkungannya. 

Budidaya maggot mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, namun bagi Mayfrina, ini adalah solusi bagus terhadap permasalahan sampah organik yang kian menumpuk. Maggot dikenal sebagai pengurai alami yang sangat efisien dalam mengonsumsi limbah dapur atau sisa makanan. 

Ia memilih membudidayakannya karena efektivitas dalam mengolah sampah organik, bahkan disebut lebih unggul dibandingkan pengurai hidup lainnya. Ia pertama kali mengenal maggot BSF dari pegiat maggot di sekitar tempat tinggalnya. Awalnya, proyek pengolahan sampah organiknya berfokus pada ecoenzim, namun kemudian dikembangkan dengan maggot BSF untuk meningkatkan kapasitas pengolahan sampah.

Sumber pakan untuk maggot dikumpulkan dari pedagang di sekitar tempat tinggalnya. Ia mengambil kulit nanas dari pedagang nanas di Pagesangan, sisa perasan es jeruk dari Jambangan, serta sisa buah potong dari pedagang buah dan rujak di Kebon Sari dan Pagesangan, dan juga dari toko roti di Kebon Sari. Ketersediaan bahan organik yang melimpah ini menjadi pondasi keberlanjutan proyeknya.

Sejak tahun 2024 hingga saat ini, proyeknya telah menunjukkan capaian yang sangat mengesankan yaitu sepeti mengolah sampah organik 13.243 kilogram dan memroduksi ecoenzim hingga 463 liter serta berbagai produk turunan dari ecoenzim juga berhasil dikembangkan.

Selain itu juga berhasil membangun jaringan dengan tujuh mitra pedagang di berbagai wilayah seperti Jambangan, Kebon Pagesangan, Gayungan, Karangpilang, dan Pandigiling. Ia juga aktif bersosialisasi kepada lebih dari 1.100 audiens di Kecamatan Jambangan, di sekolahnya SMP Negeri 3, dan dalam acara playground bersama Naomi Olivia menyebarkan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah.

Tanggapan masyarakat sekitar terhadap proyek magot ini awalnya merasa aneh dan jijik. Namun, setelah melihat hasilnya berupa lingkungan yang lebih bersih dan tidak berbau, mereka mulai tertarik. Bahkan, beberapa warga mulai menyumbangkan sampah organik dan bertanya mengenai cara budidaya maggot. Hal ini menunjukkan keberhasilanya dalam mengubah persepsi dan mendorong partisipasi aktif masyarakat.

Dalam budidaya maggot, ia mampu mengolah 50 hingga 100 kilogram sampah organik setiap harinya. Sebelum diberikan kepada maggot, sampah organik dihancurkan atau difermentasi terlebih dahulu, ini dilakukan agar daya cerna maggot lebih cepat dan efisien, serta mencegah sisa sampah membusuk, menimbulkan bau tidak sedap, dan menarik hewan lain seperti semut merah atau gurem yang dapat menyebabkan kematian massal pada maggot.

Dalam melakukan perawatan maggot dilakukan secara rutin yaitu setiap minggu, dan bekas maggot dipilah. Panen telur maggot dilakukan setiap tanggal genap, dan pupa yang akan menjadi lalat BSF dipilah setiap tanggal ganjil. Maggot diberi makan tiga kali sehari dengan sampah yang sudah dihancurkan.

Siklus hidup maggot dipantau dimana telur diletakkan di atas kasa selama dua minggu untuk mencegah langsung jatuh ke pakan, lalu menetas menjadi baby maggot. Maggot dewasa dipilah menjadi prepupa dan ditempatkan di kandang lalat BSF. Setelah menjadi lalat, akan diberi makan dan minum agar dapat bertelur kembali sehingga bisa mengulang siklus produksi.

Mayfrina juga menghadapi tantangan dalam membagi waktu antara sekolah, kegiatan di sekolah, dan menjalankan proyeknya. Namun, dukungan keluarga sangat membantu, ibunya membantu mengambil sampah organik saat Mayfrina pulang petang, dan ayahnya membantu memberi makan maggot. Tantangan lain adalah proses penghancuran sampah yang masih manual, sehingga ia memiliki keinginan untuk memiliki alat penghancur sampah.

Baginya menjadi calon Putri Lingkungan Hidup bukan sekadar gelar, melainkan tanggung jawab untuk mengajak orang lain peduli terhadap bumi. Ia memastikan proyeknya terus berjalan dan berdampak luas dengan terus mensosialisasikannya di media sosial, kampung-kampung, sekolah, dan mengajak masyarakat luas untuk mengolah sampah organik dari rumah masing-masing.

Target berikutnya adalah akan mengolah sampah sebanyak 20 ton, memproduksi ecoenzim sebanyak 1.000 liter, bersosialisasi kepada 2.000 audiens dan menambah jenis produk turunan dan mitra pedagang.

Semoga infonya bermanfaat.




Kuningan September 2025

Selasa, 15 Oktober 2024

Maggot tekan biaya pakan ternak

Maggot adalah istilah umum untuk larva dari serangga terutama dari jenis lalat hitam dan merupakan tahap perkembangan awal dari serangga sebelum menjadi lalat hitam dewasa. Salah satu jenis larva maggot yang paling populer untuk budidaya adalah maggot bsf (Black Soldier Fly) yang memiliki beberapa keunggulan yaitu terkandung akan protein, lemak, dan mineral yang sangat baik untuk pertumbuhan terutama bagi segala jenis hewan ternak. Berdasarkan data bahwa kandungan protein larva maggot 30 sampai 45 persen dan terdapat asam lemak essensial linoleat dan linolenat

Menurut info dari channel youtube Kementerian Kelautan dan Perikanan bahwa lalat yang lebih mirip tawon ini bukanlah hama seperti lalat pada umumnya yang bisa membawa bibit penyakit, justru jenis lalat ini kini sudah mulai dibudidayakan menggunakan wadah khusus kandang lalat bsf. Menurut info yang admin dapat seekor lalat bsf betina dapat bertelur hingga 400 sampai 800 butir telur di dalam penangkaran.

Sebagian besar larva dari lalat ini adalah berperan sebagai dekomposer atau pengurai, larva yang mirip dengan belatung ini sangat efektif dalam mengurai sampah organik seperti sisa makanan, bangkai hewan, dan tumbuhan yang membusuk sehingga proses dari penguraian ini membantu mengurangi volume sampah. 

Sebagai makanan ternak

Maggot sebagai pakan ternak ini bisa diberikan pada hewan ternak seperti budidaya ikan konsumsi baik dalam keadaan hidup atau sudah dikeringkan. Menariknya lagi maggot juga anti jamur dan anti membawa bibit penyakit sehingga aman dikonsumsi oleh ikan atau hewan tetnak lainnya.

Minat masyarakat terhadap budidaya maggot semakin meningkat terutama untuk kebutuhan budidaya peternakan dan pemerintah mulai memberikan perhatian serius terhadap budidaya maggot dan memberikan berbagai dukungan seperti pelatihan, penyediaan bibit, dan pengembangan pasar. 

Seperti yang dilakukan oleh Ari Romanov Rahman yang merupakan Ketua Kelompok Den Maggot lulusan Sarjana Teknik Industri yang belum berpengalaman dalam dunia ternak sudah membudidayakan maggot dalam lahan tertutup yang terbilang luas sejak tahun 2015. 

Alasannya membudidayakan maggot adalah bahwa pakan dari pabrik yang sudah terbilang mahal juga keberadaannya ia tinggal juga terdapat beberapa perairan air tawar dan ada yang memanfaatkan untuk budidaya perikanan seperti lele dan nila. Selain ada nilai ibadah dari budidaya maggot karena bisa mengurai sampah organik dan menjadi pakan alternatif bagi ternak yang tinggi protein.

Awal budidaya maggot adalah pada lahan 50 meter persegi dan sudah bisa menghasilkan 20 kg perminggu yang mana indukan lalat diambil dari alam dan perlu waktu sekitar 4 bulan untuk menetaskan telur lalat bsf ini. Dari hasil awal tersebut dengan potensi dari maggot yang banyak manfaatnya ini pada tahun 2016 ia mulai melakukan pengembangan usaha di daerah Gunung Sindur Kabupaten Bogor dengan luas lahan 200 meter persegi dan bisa menghasilkan 100 kg perminggu.

Pada tahun 2020 kelompok ternak ini mendapat bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan seperti bangunan permanen, mesin pencacah, mesin pengering, mesin prees minyak, mesin penepung, kendaraan roda tiga dan peralatan pendukung lainnya untuk budidaya maggot. Dengan bantuan dan dukungan dari pemerintah ini hasil budidaya kelompok Den Maggot ini bisa mencapai 600 kg perhari. Menurut penjelasan dari Ari 600 kg perhari itu didapat dari 2,5 ton sampah organik dan untuk mendapatkan sampah-sampah organik dibantu oleh rekan-rekannya dari Kementerian Lingkungan Hidup.

Dengan demikian maggot yang mengandung protein tinggi dan nutrisi penting lainnya ini sangat baik untuk pertumbuhan ternak seperti unggas dan ikan dan larva dari lalat spesial ini memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam berbagai bidang peternakan sebagai pakan alternatif yang sangat direkomendasikan. Dengan pengelolaan yang baik budidaya maggot dapat memberikan kontribusi yang signifikan bagi lingkungan dan ekonomi para pelaku usahanya.

Semoga infonya bermanfaat.


Kuningan Oktober 2024


Kata kunci: maggot, larva, lalat BSF, budidaya, sampah organik, pakan ternak

Blogger Kuningan

Blogger Kuningan