Tampilkan postingan dengan label cacing sutra. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label cacing sutra. Tampilkan semua postingan

Rabu, 02 Juli 2025

Pemanfaatan silase jeroan ikan lelel dan ampas tebu fermentasi dalam budidaya cacing sutra

Cacing sutra sudah lama dikenal sebagai salah satu sumber pakan alami terbaik dalam dunia perikanan, khususnya untuk kebutuhan larva ikan. Baik dalam budidaya ikan konsumsi seperti gurame, lele dan nila maupun pada ikan hias seperti cupang dan koi, cacing sutra sering dijadikan andalan oleh para pembudidaya karena kandungan nutrisinya yang tinggi serta ukurannya yang sesuai dengan bukaan mulut larva ikan yang masih sangat kecil.

Buduidaya cacing sutra dengan lumpur

Pemberian cacing sutra pada tahap awal pertumbuhan ikan memiliki sejumlah keunggulan. Di samping kandungan gizinya yang lengkap terdiri dari 57 persen protein dan 13,3 persen lemak cacing ini juga mudah dicerna oleh larva ikan, sehingga membantu mempercepat pertumbuhan serta meningkatkan kelangsungan hidupnya. Kandungan proteinnya yang tinggi berperan penting dalam pembentukan jaringan dan organ tubuh larva, sementara kadar lemaknya menyumbang energi tambahan.

Secara alami, cacing sutra hidup di dasar perairan tenang yang kaya akan lumpur organik, seperti sawah atau parit yang tidak tercemar. Cacing hidup berkoloni dan memiliki kemampuan berkembang biak yang cepat dalam kondisi lingkungan yang sesuai. Namun, meskipun potensinya besar, suplai cacing sutra di lapangan masih sangat terbatas. Data menunjukkan bahwa tingkat produksi saat ini baru mampu memenuhi sekitar 35 sampai 37 persen dari total permintaan pasar nasional. Ketidakseimbangan antara permintaan dan ketersediaan ini menjadi tantangan tersendiri, terlebih saat musim penghujan. Di masa-masa seperti itu, curah hujan tinggi menyebabkan arus air yang deras, yang mana pada akhirnya menggerus habitat alami dan membawa cacing hanyut keluar dari area budidaya.

Menanggapi masalah ini, berbagai pendekatan telah dikembangkan untuk meningkatkan produksi cacing sutra. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan limbah organik sebagai bahan pakan alternatif. Konsep ini menggabungkan dua keuntungan peningkatan kandungan nutrisi pakan sekaligus pengurangan beban limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. Penggunaan limbah sebagai sumber pakan memberikan nilai tambah pada bahan-bahan sisa yang umumnya dibuang, sekaligus menekan biaya produksi secara signifikan.

Beberapa jenis limbah yang umum digunakan antara lain adalah ampas tahu, bekatul, dan kotoran ayam. Namun, dalam penelitian terbaru, fokus tertuju pada limbah jeroan ikan lele dan ampas tebu. Kedua bahan ini sangat melimpah di berbagai daerah, terutama di wilayah yang memiliki sentra produksi lele dan industri pengolahan tebu. Selain itu, limbah ini memiliki komposisi nutrisi yang potensial karena mengandung unsur karbon dan nitrogen dalam kadar yang dibutuhkan untuk mendukung metabolisme dan pertumbuhan cacing sutra.

Agar dapat diserap secara efisien oleh cacing, limbah-limbah ini tidak bisa diberikan begitu saja. Diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai kecernaannya. 

Salah satu metode yang digunakan adalah dengan melakukan fermentasi. Dalam hal ini, jeroan ikan lele difermentasi menjadi silase, yang terbukti dapat meningkatkan kandungan protein organiknya hingga 54,17 persen. Sementara itu, ampas tebu difermentasi hingga menghasilkan kandungan karbon organik sebesar 30,79 persen. Kombinasi keduanya menjadi pakan yang bergizi dan juga lebih mudah dikonsumsi oleh cacing sutra karena teksturnya yang lebih lunak dan tidak cepat membusuk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi terbaik diperoleh dengan mencampurkan media lumpur sawah bersama 25 persen silase jeroan ikan lele dan 75 persen fermentasi ampas tebu. Formulasi ini memberikan pengaruh positif terhadap peningkatan biomassa dan jumlah populasi cacing dalam waktu relatif singkat. Hal ini membuka peluang besar bagi para pembudidaya untuk meningkatkan produktivitas secara berkelanjutan, dengan biaya yang lebih efisien dan pendekatan yang ramah lingkungan.

Dengan cara budidaya yang inovatif ini, menjadi solusi pada budidaya cacing sutra atas kelangkaan pakan alami berkualitas, juga menjadi langkah dalam mendukung pertanian dan perikanan berkelanjutan. Penggunaan limbah sebagai sumber daya berharga adalah langkah kecil namun berdampak besar menuju ekosistem budidaya yang lebih sehat dan efisien.

Semoga infonya bermanfaat. 



Kuningan Juli 2025


Sumber info :

Situs https://unair.ac.id/budidaya-cacing-sutra-dengan-silase-ikan-dan-fermentase-ampas-tebu/

Kamis, 26 Juni 2025

Pakan dari campuran lumpur bisa memperbanyak cacing sutra

Review video youtube kali ini adalah kembali dari channel youtube Herdi Susanto yang diupload dalam waktu singkat pada tanggal 24 Juni 2025 dengan judul "Rahasia cacing sutra cepat berkembang || ternak cacing sutra di nampan".

Meningkatnya kebutuhan akan pakan alami untuk ikan hias dan benih ikan konsumsi, budidaya cacing sutra menjadi salah satu peluang usaha yang menjanjikan. Namun, metode dengan sistem aliran air (sirkulasi) memerlukan peralatan tambahan dan terdapat konsumsi pemakaian listrik yang cukup besar. Untuk mengatasi kendala ini, Kang Herdi ada metode alternatif yaitu beternak cacing sutra tanpa air di dalam nampan, tentunya lebih ekonomis dari segi biaya operasional.

Baca juga : Review  buku : beternak cacing sutera cara modern


Dalam vlog video cara baru ini memakai media lumpur halus yang diperkaya dengan pakan pelet, tanpa memerlukan air mengalir secara terus-menerus. Sistem ini cocok diterapkan di lahan terbatas maupun skala rumahan. Dengan perawatan yang sesuai dengan penjelasan di video, metode ini mampu mempercepat pertumbuhan dan perkembangan cacing sekaligus menghasilkan cacing berkualitas tinggi yang tampak lebih merah dan sehat.

Langkah awal yang penting dalam metode ini adalah menyiapkan media yaitu lumpur yang digunakan diupayakan halus dan sudah disaring, agar memudahkan cacing untuk bergerak dan menyerap nutrisi dari pakan yang diberikan. Lumpur ini kemudian dicampur dengan pakan yang kaya protein seperti pelet ikan atau pakan sudah melalui proses fermentasi. Beberapa bahan yang bisa digunakan antara lain seperti ampas tahu atau kotoran puyuh yang sudah di fermentasi. Cara ini membantu mempercepat penguraian bahan dan memperkaya kandungan nutrisi yang dibutuhkan cacing.

Salah satu langkah penting adalah mencampurkan pakan dengan lumpur secara merata dan membiarkannya selama beberapa menit. Proses ini bertujuan untuk melunakkan pakan dan memastikan semua unsur tercampur sempurna. Hasilnya adalah media nutrisi yang tidak hanya menjadi tempat tinggal tetapi juga sumber makanan langsung bagi koloni cacing.

Pakan campuran lumpur diberikan secara berkala, biasanya seminggu sekali. Takaran yang digunakan disesuaikan dengan luas nampan dan kepadatan koloni cacing. Pakan sebaiknya diletakkan di bagian permukaan atau di tengah-tengah koloni agar mudah dijangkau. Setelah pemberian pakan, penting untuk memantau kondisi media dan mengaduk ringan jika diperlukan. 

Selain memberikan nutrisi, lumpur campuran pakan juga membantu menjaga kelembaban media. Ini sangat penting karena media yang terlalu kering dapat menghambat pertumbuhan cacing, sementara media yang terlalu basah tanpa aerasi juga berpotensi menimbulkan bau dan mengundang serangga seperti lalat. 

Salah satu keunggulan metode ini adalah efisiensi energi yaitu tanpa penggunaan pompa air dimana bisa menghemat biaya listrik secara signifikan. Hal ini sangat relevan untuk budidaya skala kecil atau rumahan, dimana anggaran terbatas menjadi pertimbangan bagi yang ingin mencoba membudidayakannya secara intensif sesuai saran dari Kang Herdi. 

Metode ini juga sangat fleksibel dan dapat dikombinasikan dengan teknologi sederhana lainnya seperti penggunaan rak bertingkat, sehingga efisiensi ruang dan hasil panen bisa lebih optimal. Bagi pemula maupun peternak berpengalaman, sistem ini perlu dipertimbangkan sebagai alternatif masa depan budidaya cacing sutra yang lebih ramah lingkungan, efisien dan menguntungkan.

Semoga infonya bermanfaat.



Kuningan Juni 2025

Jumat, 20 Juni 2025

Perdagangan cacing sutra dari Kali Cisadane di Tangerang

Artikel review video youtube kali ini mendokumentasikan proses lengkap pengambilan dan penjualan cacing sutra (Tubifex) di Tangerang, Indonesia oleh channel youtube Deeway Gembel yang diupload pada tanggal 20 Desember 2021 dengan judul " PENCARI DAN PENJUAL CACING SUTRA DI TANGERANG ". 


Video ini memperlihatkan perdagangan cacing sutra yang merupakan pakan penting untuk berbagai jenis ikan hias populer seperti ikan cupang, guppy, molly dan ikan hias berukuran kecil lainnya. Vlog video yang menghibur ini mendokumentasikan keseluruhan proses, mulai dari pencarian di habitat alaminya di daerah Tangerang hingga penanganan pasca-pengambilan dan sistem penjualannya yang telah mapan. Ini adalah sebuah gambaran menarik tentang industri pakan hidup ikan hias

Perjalanan dimulai di Kali Cisadane, Tangerang, sebuah lokasi yang di kalangan penduduk lokal dikenal sebagai "Kampung Cacing". Julukan kawasan ini telah menjadi pusat aktivitas pencarian cacing sutra yang dilakukan oleh warga yang menetap disana. Cacing sutra di sini sebagian besar tidak dibudidayakan secara sengaja, tetapi dikumpulkan langsung dari alam liar yaitu berasal dari kali Cisadane. . 

Proses pengambilannya membutuhkan keahlian dimana para pencari cacing menggunakan teknik khusus untuk menyedot lumpur dari dasar sungai menggunakan perahu. Lumpur yang kaya akan cacing ini kemudian dikumpulkan dalam sebuah wadah besar, seperti bak berukuran besar dan berair dangkal. 

Setelah didiamkan selama kurang lebih satu hingga dua jam, secara alami cacing-cacing tersebut akan mulai bergerak naik ke permukaan lumpur, membentuk gumpalan merah yang siap dipanen. 

Setelah berhasil dikumpulkan dari sungai, cacing sutra tidak langsung dijual dan membutuhkan perlakuan khusus untuk memastikan kualitas dan kelangsungan hidupnya, terutama karena cacing ini berasal dari lumpur dan perlu dibersihkan dari kotoran dan potensi patogen. 

Cacing sutra yang masih penuh lumpur dan sudah terkumpul kemudian dipindahkan ke area karantina. Di sinilah proses "perawatan" dimulai. Cacing sutra akan ditempatkan dalam wadah bak semen khusus yang dilengkapi dengan pompa air yang akan mengaerasi kolam tersebut dengan cukup deras. Aerasi ini sangat penting untuk menyediakan oksigen yang cukup, menjaga cacing tetap hidup dan sehat, mengingat koloni cacing baru saja dipindahkan dari lingkungan alaminya yang mungkin padat.

Selain aerasi, salah satu langkah penting dalam perawatan ini adalah pengadukan cacing secara berkala, yaitu setiap enam jam. Proses pengadukan ini untuk meratakan cacing, juga memisahkan cacing dari kotoran dan lumpur yang tersisa dari proses pengambilan awal.

Dengan membuang kotoran secara rutin, kualitas cacing menjadi lebih bersih, risiko penyakit berkurang, dan cacing akan tetap segar serta layak sebagai pakan ikan. Perawatan pasca-pengambilan yang teliti ini menunjukkan profesionalisme para pengumpul cacing dalam menjaga kualitas produknya.

Bagi para penghobies ikan atau pedagang pakan yang tertarik untuk mendapatkan cacing sutra berkualitas tinggi, video ini memberikan informasi kontak yang jelas. Lokasi penjualan berada di Tanah Gocap, Tangerang, tepatnya di dekat jembatan Tanah Gocap. 

Bagi yang ingin membeli dihargai Rp. 35.000 per gayung atau jika dalam jumlah besar atau yang membutuhkan pasokan dalam jumlah banyak bisa melakukan kontak pedagang, layanan pengiriman juga ditawarkan yaitu untuk area seperti Bogor dan Jakarta. Ini menunjukkan bahwa meskipun berawal dari perburuan tradisional, sistem distribusinya telah berkembang untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

Bang Deeway juga menjelaskan manfaat yang sangat baik dari cacing sutra bagi pertumbuhan burayak ikan hias karena kandungan lemaknya yang tinggi. Ia juga mengungkapkan antusiasmenya bahwa para penghobies ikan tentunya akan sangat senang melihat banyaknya jumlah cacing sutra yang berhasil dikumpulkan oleh para petani dan menggarisbawahi betapa pentingnya pakan alami ini dalam komunitas hobies ikan hias seperti ikan cupang.

Semoga infonya bermanfaat. 



Kuningan Juni 2025

Selasa, 21 Februari 2023

Foto Pelihara cacing sutra di aquarium

Foto pelihara sekaligus budidaya Cacing sutra di aquarium berukuran kecil berukuran 25 x 25 cm.

Cacing sutra dapat hidup dan berkembang biak dengan adanya anakan yang berwarna merah lembut saat memakan makanan yang mengambang ke permukaan air.



Kelebihan pelihara cacing sutra menggunakan aquarium adalah mudah untuk memantau dan pengendalian hama yang masuk karena dapat dipantau dari dinding aquarium yang transparan.


Pemantauan pelihara cacing sutra dengan senter ke aquarium

Admin blog dc menggunakan air bersih baru berasal dari toren air dengan cara mengocorkan tetesan air kecil agar air tetap bening dan bebas bau.

Makanan yang diberikan adalah limbah makanan yang terbuang seperti kulit pisang dan sisa singkong rebus dan berikan secukupnya.

Pemberian pakan diberikan secara merata karena kelompok cacing sutra pergerakannya lambat saat berkoloni jadi cukup diberikan diatas koloni cacing.

Cacing sutra akan memakan makanan tersebut saat sudah lembut di dalam air dan terlihat koloni cacing berkumpul di atas dan didalam makanan yang sudah terjadi proses pembusukan.

Awal memasukan cacing sutra dalam aquarium tidak menggunakan lumpur halus yang sebenarnya sangat direkomendasikan oleh pakar praktisi cacing sutra, namun memanfaatkan dari hasil pembusukan makanan yang lama kelamaan menjadi lumpur lumpur halus berasal dari sisa makanan.

Pelihara cacing sutra  untuk kepentingan usaha akan lebih menguntungkan lagi jika ada aliran air bersih alami karena akan terbebas biaya listrik biasanya terdapat di daerah pedesaan.

Semoga cacing sutra dalam aquarium ini dapat terus berkembang biak dan bisa berkepanjangan dengan perawatan yang intensif.



Kuningan Februari 2023

Senin, 07 Juni 2021

Solusi Hama kecebong cacing sutra di kolam tanah

Budidaya cacing sutra kolam tanah 

Dalam beternak cacing sutra yang sangat menguntungkan bagi peternak untuk makanan benih ikan, namun ada saja hama-hama yang datang dan kemungkinan besar sulit ditangani oleh para peternak terutama telur kodok yang bertebaran diatas air. 

Berikut adalah pengalaman admin blog dc dalam menangani hama kecebong dalam budidaya cacing sutra. 

Solusi adalah membeli seser halus untuk mengambil telur kodok yang mengambang dipermukaan air secara manual sebelum menjadi kecebong didalam kolam dan jauhkan dari lokasi.

Dengan demikian walaupun kolam tanah optimal dalam budidaya cacing sutra kendala berikutnya kita akan dihadapi dengan ragam hama yang timbul secara alami bukan saja hanya kodok dan kecebong namun ada juga seperti kepiting, anak ikan yang terbawa arus air bahkan menurut para praktisi ular dan keong akan muncul. 

Sebagai tindakan pencegahan dan pengamanan disekitar tempat budidaya sebaiknya memasang ram kawat, jika perlu tempat masuk air diberikan saringan setidaknya kita sudah melakukan tindakan pengamanan dari predator cacing sutra yang masuk.

Admin blog dc tidak bisa menjamin pengamanan budidaya cacing sutra secara full aman karena sudah berhubungan dengan alam yang lumayan sulit ditangani, akan tetapi setidaknya kita sudah melakukan tindakan pencegahan

Semoga infonya dapat bermanfaat :D




Kuningan Juni 2021


revisi artikel

17 02 2023


Senin, 06 Januari 2020

Cara budidaya cacing sutra tanpa lumpur ala Youtuber Herdi Susanto

Jika rekan-rekan ingin membudidayakan cacing sutra tanpa lumpur mungkin salah satu akun Youtube yang akan saya rekomendasikan adalah akun Herdi Susanto. Disini kita akan melihat tentang teknik beternak cacing sutra secara berseri dan dijelaskan sangat jelas sekali.

Saya sering mendapat pelajaran baru dari video-video yang diupload oleh Kang Herdi karena ada cara baru dari cara membudidayakan cacing sutra ini yang sangat berharga nilainya.

Cacing sutra yang saya ketahui bahwa sangat bagus proteinnya untuk pakan ikan konsumsi atau ikan hias.

Dalam prakteknya kang Herdi memakai wadah budidaya dengan rak bertingkat memakai baja ringan dan wadah plastik yang dimasukan media dan sekaligus makanan cacing sutra yaitu ampas tahu yang sudah di fermentasikan.

Ini merupakan terobosan baru yang pernah dikembangkan sebelumnya, karena dapat membudidayakan Cacing sutra tanpa lumpur yang mana teknik sebelumnya masih memakai lumpur dengan rak bertingkat dalam pembudidayaannya.

Mengenai media, antara memakai lumpur atau tidak saya belum tahu persis efektif yang mana, namun dari kedua cara dapat menghasilkan anakan cacing sutra dan bisa dikembangkan lagi.

Disarankan bagi pemula agar menonton dari awal videonya karena akan melihat awal-awal budidaya, juga ada sebagian video yang sepertinya ada update misalnya saja ada perubahan dalam media utama cacing sutra. Makanya saya sarankan nonton videonya dari awal.

Dengan demikian bagi rekan-rekan yang ingin budidaya cacing bernilai ekonomis ini bisa melihat video Herdi Susanto secara seksama agar bisa mengikuti perkembangan selanjutnya.

Semoga infonya bermanfaat.

Rabu, 03 Juli 2019

Singkong rebus disukai anakan Cacing Sutra

Cacing sutra memang merupakan hewan air yang sangat unik. Hewan yang bisa hidup diperairan yang kotor (agak berbau) sekalipun asalkan ada aliran mengalir ini bisa terus melangsungkan kehidupan koloninya di tempat yang sama bahkan kadang- kadang juga suka berpindah tempat.

Makanan
Hewan hermaprodit ini gemar makan makanan yang sudah dilembutkan contohnya diantaranya yang merupakan favoritnya :

-singkong rebus.
-kentang rebus.
-tempe yang sudah di ulek agar lembut
Dan pelet yang di fermentasi.

Menurut saya yang masih dalam tahap belajar budidaya cacing sutra dari sekian makanan yang diberikan ada salah satu makanan rebusan yang sangat diminati oleh anakan cacing, yaitu singkong rebus.

Jadi ceritanya begini, saya memelihara cacing sutra dengan media tanah humus (walaupun kurang maksimal) yang banyak dijual di toko bunga dan pupuk kompos di kolam ukuran lebar 0,5 m x panjang 6 m x tinggi 0,2 m. Singkat cerita dengan sirkulasi air yang sesuai aturan setelah 6 hari anakan cacing sutra sudah banyak bermunculan di sekitar dinding tembok dengan ukuran yang pendek dan menggumpal seukuran biji buah ciremai.

Secara tidak sengaja saya juga memberi makan singkong rebus yang ditebarkan dikolam karena makanan fermentasinya habis. 1 hari kemudian saya cek kolam ternyata diatas singkong rebus itu ada koloni anakan cacing sutra yang cukup banyak, akhirnya saya berkesimpulan bahwa anakan cacing sutra bisa terpanggil dengan adanya singkong rebus :D.


Dalam budidaya cacing sutra menurut pengalaman saya tidak semua dalam wadah pemeliharaan murni isi cacing sutra kadang muncul aneka hewan air yang muncul seperti uget uget, larva nyamuk merah, bahkan cacing berbentuk kecil berwarna putih. Namun saya yakin yang menempel di singkong rebus tersebut adalah anakan cacing sutra hasil dari budidaya.

Dengan demikian menurut saya pribadi singkong rebus bisa dijadikan pakan untuk anakannya, karena saya sudah mencobanya beberapa kali.

Semoga artikel sederhana ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan yang ingin mencoba budidayanya. Namun saya menyarankan lebih bagus memakai media lumpur yang sudah disaring karena bisa berpotensi lebih maksimal.

Contoh anakan cacing sutra

Rabu, 20 November 2013

Review buku : beternak cacing sutera cara modern



Pada kesempatan kali ini saya akan mereview sebuah buku yang mengulas tentang budidaya cacing sutra, yang mana cacing yang gemar bergerombol ini merupakan salah satu pakan hidup favorit untuk makanan ikan.

Terutama sekali adalah bagi kelangsungan hidup larva ikan yang sudah habis persediaan makanan cadangan dalam tubuhnya (yolk sack).

Sudah pada umumnya kini para petani ikan hias dan konsumsi tak segan memberikan pakan cacing sutra untuk larva ikannya karena benih ikan yang berukuran kecil ini sangat lahap dan nafsu makan alaminya terlihat agresif jika di beri cacing sutra apalagi kandungan gizi dan nutrisinya sangat baik untuk pertumbuhan ikan.

Cacing berwarna merah darah berukuran kecil ini biasanya hidup di lahan perairan yang mengalir dan tumbuh dengan subur di media berlumpur..seperti di sungai bahkan di selokan air lingkungan perumahan (got).

Terlintas jika kita melihat akan terasa menjijikan. Namun siapa sangka cacing ini bisa menjadi ladang pemasukan keuangan yang lumayan, terutama bagi orang-orang yang ingin membudidayakannya.

Menurut penulis buku "Beternak Cacing Sutra cara Modern" Mahmud Efendi dalam pembudidayaannya bisa dilakukan dengan total luas lahan yang beragam asalkan media berhubungan erat dengan air mengalir serta substrat yang penuh unsur zat hara.

Untuk saat ini tempat budidaya bisa menggunakan kolam beton, Kolam terpal, Kolam tanah dan teknik terbaru adalah menggunakan tray (wadah) plastik dimana tray plastik ini ditaruh pada rak bertingkat yang dilengkapi oleh pompa air listrik dan saluran pipa untuk sirkulasi air.

Khusus untuk teknik terbaru ini penulis menjelaskan bahwa sistem tersebut lebih efisien tempat. Bahkan dengan lahan 15 meter persegi diperkiran akan menghasilkan produksi cacing sekitar 4.5 liter perhari.

Jika saja ditahun 2013 harga perliternya mencapai 15-20 ribu (harga fluktuatif tergantung musim) maka kalikan saja jumlah pendapatan yang dapat kita peroleh.

Bisa dikatakan budidaya cacing sutra memiliki prospek yang cerah kedepannya. Mengapa demikian ? Karena permintaannya seakan tidak pernah habis selagi pembudidaya perikanan masih ada.
Bagi rekan-rekan yang tertarik bisa membeli bukunya di toko buku Gramedia. Buku tersebut menjelaskan secara detil cara-cara budidaya dan manajemennya.

Usaha Budidaya cacing sutra ini bisa dilakukan di luar ruangan yant terpakai di rumah. 

Selamat mencoba budidaya.


Artikel terkait

Blogger Kuningan

Blogger Kuningan