Rabu, 20 Agustus 2014

Tentang Artemia Salina (si udang purba)


Artemia salina termasuk krustasea familia Anostrata atau udang-udangan tingkat rendah yang berenang bebas, di perairan asin seluruh dunia tapi bukan di laut lepas.

Badannya tidak berkulit lepas atau tidak bercangkang sebagaimana udang pada umumnya, tetapi mempunyai kulit yang juga dari Chitin dengan rantai protein yang lebih lunak.

Yang unik lagi dari binatang ini adalah mempunyai 3 buah mata. Dua buah mata majemuk berfungsi sebagai mata pada umumnya yaitu sebagai penerima sinar, sementara yang satu lagi yang disebut mata naupliar merupakan mata primitive yang berfungsi saat larva tetapi akan hilang fungsinya saat dewasa walaupun secara fisik masih ada.

Ukurannya mencapai 15 mm, dengan warna kebanyakan merah seperti daging segar yang sangat dipengaruhi oleh kandungan garam dimana ia hidup. Sepanjang badan terdapat 11 pasang kaki renang seperti lembaran daun dan proseus insang.

Artemia berkembang biak dengan telur/ kista yang mempunyai pelindung keras  (cangkang) dan dapat berumur panjang, menurut para pakar lama hidupnya dapat mencapai 50 tahun apabila kondisinya memungkinkan.

Karena kelebihannya yang lama inilah maka artemia diperdagangkan dalam bentuk telur/kista ini. Larva yang menetas panjangnya kira-kira 0,25 mm atau 0,01  inci. Hewan ini baik larva  (naulplii) maupun yang dewasa amat berharga sebagai pakan ikan.

Untuk digunakan sebagai pakan ikan, telur / kista artemia harus ditetaskan lebih dahulu dan tetasannya berupa larva atau di kenal dengan nama nauplii yang diberikan ke ikan.

Caranya adalah dengan memasukan telur / kista kedalam larutan garam dapat dibuat dengan melarutkan garam krosok atau garam rakyat (bukan garam dapur bataan) yaitu garam yang belum ditambahkan apapun sebanyak sekitar 1 ons  dalam 4 liter air.

Aerasikan kuat-kuat agar telur tetap bergerak. Pada suhu 24-28 derajat celcius telur akan menetas 24-36 jam kemudian.

Panen nauplii agar bersih dari kulit atau cangkangnya yang keras dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Matikan aerasi sekitar setengah jam atau lebih, kemudian berikan sinar disisi tangki atau tempat penetasan (tempat penetasan lebih baik yang transparan) nauplii akan berkumpul di daerah yang ada sinarnya, kemudian dapat disedot dengan selang sipon.

Cara lain adalah telur ditetaskan dalam bak berbentuk corong yang dibawahnya di beri keran keluar. Setelah aerasi dihentikan buka corong dari bawah, mungkin yang keluar pertama kali adalah telur yang tak menetas, sebaiknya di buang saja.

Kemudaian nauplii dapat dikeluarkan sampai habis. Biasanya sisa cangkang yang mengapung akan tersisa atau tertinggal menempel di dinding bak.

Untuk memberikannya pada ikan air tawar nauplii dicuci sebentar dalam air tawar karena artemia akan mati setelah beberapa lama di air tawar, maka pemberiannya harus dilakukan sedikit demi sedikit, tetapi sering sedot atau ambil sisa yang tidak termakan karena artemia yang mati akan mengotori air dan dapat meracuni ikan.

Artemia dapat di pelihara sampai dewasa dangan jalan naupliinya ditebar di tempat yang luas dan diberi aerasi terus menerus.

Pakan dapat diberikan berupa yeast (ragi) dan dedak yang sudah dilarutkan. Diperlukan air asin atau kadar garam yang cukup tinggi 35-50 ppt salinitas air yang dapat dibuat dari larutan garam.

Dengan memelihara dalam air asin ini. Artemia dapat menjadi besar dan dapat digunakan untuk pakan ikan yang besar terutama ikan hias laut.

Perkembang biakan di habitat aslinya
Cara berkembang biak hewan ini juga unik, yaitu dapat terjadi dalam dua cara. Cara pertama adalah dengan jalan bertelur atau membuat kista.

Telur yang sudah terbuahi jantannya akan dibawa di kantung dipangkal ekor induk betina. Bila kondisi bagus telur yang matang akan menetas jadi larva atau dikenal dengan nama nauplius (bila satu) dan nauplii (bila banyak) yang akan berenang bebas.

Apabila kondisi jelek misal iklam panas kekeringan yang menyebabkan kadar garam naik maka akan membuat kista dengan cangkang keras yang tahan lama dan hanya akan menetas bila kondisi cukup baik untuknya.

Cara kedua adalah dengan jalan yang disebut partenogenesis yaitu induk betina dapat beranak tanpa jantan. Hal ini terjadi bila jantan amat sedikit. keturunan dari car berkembang biak yang demikian umumnya anaknya akan betina semua, produksi anaknya mencapai 300 ekor dalam 4 hari.


Sumber : Majalah d'fishes No. 16 Bulan Februari tahun 2009



Artikel terkait 


Senin, 23 Juni 2014

Cemerlangkan warna ikan Discus



Cemerlangkan warna ikan Discus

Ada banyak penyebab warna ikan discus jadi buram. Semisal kondisi air tidak memenuhi syarat, penyakit internal, ketakutan, dan perawatan yang tidak benar. Nah, setiap penyebab itu butuh cara penyelesaian yang berbeda.

Perlu aklimatisasi
Kekeliruan sering dilakukan sejak awal pemeliharaan, setelah ikan dibeli, hobiis pemula kerap langsung memasukan ikan bundar itu dalam aquarium baru.

Baca juga : Tentang aklimatisasi ikan di kolam

Seperti di ketahui, temperatur air dalam plastik tempat ikan berbeda dengan suhu air dalam akuarium. Akibat perbedaan suhu itu, discus mengalami shock. Akibatnya, warna discus spontan memudar.

Sebelum dimasukan ke dalam akuarium, discus perlu menjalani aklimatisasi (penyesesuaian diri dengan lingkungan) lebih dulu. Caranya mudah, masukan discus bersama dengan plastik pembungkusnya ke dalam akuarium.

Baca juga : Tentang Breeding Ikan Discus yang Unik

lakukan langkah itu selama 15-20 menit. Setelah suhu air sama, pengikat plastik boleh dibuka, lalu discus dilepas secara perlahan-lahan ke dalam akuarium.

Warna discus bisa mendadak berubah jadi gelap kalau ia mengalami ketakutan. Umumnya hal itu dialami oleh discus yang baru dibeli. Untuk menghindari itu, taruh discus di tempat tenang, jauh dari hilir-mudik orang.

Discus menghendaki temperatur air berkisar 28-30 derajat celcius. Beberapa jenis discus sangat  peka terhadap temperatur rendah. Semisal Golden Ruby, Snake dan Golden Ghost. Kondisi temperatur air bisa dipertahankan dengan  jalan memasang  heater.

Pada hari-hari pertama, discus tetap mengalami tekanan batin, ia butuh untuk penyesuaian diri dengan lingkungannya yang baru. Langkah diatas paling tidak bisa mengurangi tingkat stres, sehingga discus bisa mempercepat proses penyesuaian diri.

pH dan dH harus pas
Selain suhu, sifat kimia air juga turut menentukan kemolekan warna tubuh discus. Air dengan dH (kesadahan) dan pH (keasaman) yang tidak pas sering mengakibatkan discus jadi kusam.

Kesadahan air dipengaruhi oleh kadar magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan natrium (Na) yang terlarut dalam air.

Semakin banyak zat tersebut di dalam air, semakin tinggi tingkat kesadahannya. Air berkesadahan tinggi umumnya terdapat di daerah bertanah kapur.

Discus bisa hidup sehat dalam air yang memiliki dH berkisar 1,2-2,8. Sedangkan pH yang diinginkan berkisar 6-7.

Menurut peternak discus dari Jakarta, dH yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan terhambanya produksi lendir dilapisan kulit ikan.

Baca juga : Discus Red Melon diminati penghobbies

Kalau hal ini terjadi, kulit discus akan mudah mengalami iritasi dan terinfeksi kuman. Akhirnya, warna badan pun menjadi kusam. sedangkan dH yang terlalu rendah sering menyebabkan discus mudah di terjang penyakit "kepala lubang" dan kerusakan sirip.

Karena itu dH dan pH harus rajin dipantau. Sifat Kimia air tersebut bisa diukur dengan bantuan dGH tester dan pH tester. Cairan itu dijual di toko perlengkapan akuarium.

Discus termasuk jenis ikan black water. Artinya, ia butuh kondisi air ber pH agak rendah. Kondisi semacam itu bisa direkayasa. Masukan daun ketapang  atau black piet ke dalam akuarium.

Baca juga : Tentang air black water untuk ikan hias

Warna  badan discus buram juga bisa di picu oleh zat beracun yang terlarut dalam air. Unsur yang sering meracuni discus yaitu klorin (Cl). Zat itu biasanya terkandung dalam air ledeng. Karena itu sebaiknya hindarilah pemakaian air ledeng.

Discus yang mengalami keracunan klorin harus segera ditolong. Caranya mudah gantilah air dengan air baru yang tidak mengandung klorin. Larutkan antibiotik dan garam ikan kedalam air. Dosis pemakaian bisa dilihat di kemasan. Penggantian air setiap hari dan lakukan sampai hari kelima.

Baca juga : Obat antibiotik ikan hias Koukkai 

Sementara faktor lain yang dianggap bisa mencemerlangkan tubuh discus yaitu pakan. Udang dan spirulina dipercaya bisa memperbaiki warna kuning.

Nah, makanya untuk discus kesayangan, air dan pakan tidak boleh sembarangan.



Sumber artikel : Tabloid Flona edisi 20/tahun I/ 29 November-12 Desember 2004
( Cemerlangkan discus-Pakan pas air berkualitas)



Kuningan Juni 2014



Artikel terkait


Minggu, 15 Juni 2014

Info Ukuran benih ikan konsumsi

Berikut adalah info ukuran benih ikan konsumsi yang tersedia secara umum dan di jual di pasaran berdasarkan ukuran dan di jual satuan. Untuk harga tidak dicantumkan karena harga sewaktu-waktu bisa berubah yang dipengaruhi oleh biaya operasional usaha pembibitan para pembudidaya.

-Benih bawal ukuran 2,5 cm
-Benih gurame ukuran 2-3 cm.
-Benih gurame ukuran 4-5 cm
-Benih gurame ukuran  6-7 cm
-Benih gurame ukuran 7-8 cm
-Benih lele ukuran 2-3 cm
-Benih lele ukuran 3-5 cm
-Benih lele ukuran 4-6 cm.
-Benih ikan mas ukuran 2-3 cm
-Benih ikan mas ukuran 4-5 cm
-Benih ikan mas ukuran 7-10 cm
-Benih nila ukuran 2-3 cm
-Benih nila ukuran 3-5 cm
-Benih patin ukuran 2,5 cm
-Benih ikan gabus ukuran 1-2 cm
-Benih ikan gabus ukuran 7-8 cm




Minggu, 20 April 2014

Video : Benih Nila makan Azola



Azolla merupakan pakan alami tumbuhan hijau air yang mengandung protein cukup tinggi, sehingga bagus sekali untuk pakan tambahan ikan seperti nila.

Azolla dipercaya dapat memberikan hasil yang bagus untuk pertumbuhan jenis ikan khususnya ikan yang senang segala jenis tumbuhan air. 

Dalam video ini terlihat benih nila yang masih seukuran 1 cm sedang memakan azola secara bergerombol.

Awalnya azola sebanyak 400 gram di tebar di kolam tanah, dalam hitungan beberapa jam bibit azolla sudah terlihat sedikit di permukaan kolam. 

Akan lebih baik jika kita membeli bibit azola dipisahkan sebagian dan dibudidayakan secara intensif dengan membuat kolam budidayanya agar tumbuhan air ini berkembang lagi.

Sudah banyak orang yang berhasil membudidayakan azolla biasanya dengan membuat kolam dari bahan yang terjangkau seperti dari plastik cor bening dan plastik terpal. 

Admin sendiri sedang mencoba untuk perbanyakan tumbuhan air ini dengan menggunakan bak-bak plastik yang tidak terpakai di sebagian luar ruangan terbuka (rindang) agar terkena sinar matahari :D.



Lokasi kolam : Halimpu Kecamatan Beber 



Kuningan April 2014



Artikel terkait

Blogger Kuningan

Blogger Kuningan