Tampilkan postingan dengan label Pakan alami ikan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pakan alami ikan. Tampilkan semua postingan

Senin, 13 Januari 2020

lemna habis dimakan Ikan Nilem


Ikan nilem suka sekali dengan lemna, ikan tampak lahap hingga lemna yang ditebar setengah ember habis dalam waktu singkat. Lemna bisa diambil di lingkungan sawah. Orang sekitar Kuningan menamakan tumbuhan ini dengan nama Kareo. Lokasi kolam ada di Kuningan Jawa Barat Kecamatan Cilimus.




Rabu, 08 Januari 2020

Melatih ikan Nila makan Azolla

Dalam video ini Pak Maman sedang memberikan pakan Azolla pada ikan nila ukuran konsumsi. Sebelumnya ikan nila diberi pakan terus dengan pelet ikan berprotein tinggi.


Apa yang terjadi ? Ikan nila masih biasa saja saat diberi pakan azolla karena sudah terbiasa dengan makanan pelet namun sekitar setengah jam kemudian azolla yang ditebarkan habis. 

Dalam video ini kita bisa melatih ikan untuk makan pakan alami seperti azolla hijau agak merah yang menurut praktisi perikanan sangat bagus untuk pertumbuhan ikan. Namun menurut saya walaupun ikan nila bisa memakan azolla sebagai pakan ternak, akan tetapi pakan pabrikan juga harus dikasih karena bisa menambah bobot lebih cepat.

Semoga infonya bermanfaat




Kuningan Januari 2020

Rabu, 03 Juli 2019

Singkong rebus disukai anakan Cacing Sutra

Cacing sutra memang merupakan hewan air yang sangat unik. Hewan yang bisa hidup diperairan yang kotor (agak berbau) sekalipun asalkan ada aliran mengalir ini bisa terus melangsungkan kehidupan koloninya di tempat yang sama bahkan kadang- kadang juga suka berpindah tempat.

Makanan
Hewan hermaprodit ini gemar makan makanan yang sudah dilembutkan contohnya diantaranya yang merupakan favoritnya :

-singkong rebus.
-kentang rebus.
-tempe yang sudah di ulek agar lembut
Dan pelet yang di fermentasi.

Menurut saya yang masih dalam tahap belajar budidaya cacing sutra dari sekian makanan yang diberikan ada salah satu makanan rebusan yang sangat diminati oleh anakan cacing, yaitu singkong rebus.

Jadi ceritanya begini, saya memelihara cacing sutra dengan media tanah humus (walaupun kurang maksimal) yang banyak dijual di toko bunga dan pupuk kompos di kolam ukuran lebar 0,5 m x panjang 6 m x tinggi 0,2 m. Singkat cerita dengan sirkulasi air yang sesuai aturan setelah 6 hari anakan cacing sutra sudah banyak bermunculan di sekitar dinding tembok dengan ukuran yang pendek dan menggumpal seukuran biji buah ciremai.

Secara tidak sengaja saya juga memberi makan singkong rebus yang ditebarkan dikolam karena makanan fermentasinya habis. 1 hari kemudian saya cek kolam ternyata diatas singkong rebus itu ada koloni anakan cacing sutra yang cukup banyak, akhirnya saya berkesimpulan bahwa anakan cacing sutra bisa terpanggil dengan adanya singkong rebus :D.


Dalam budidaya cacing sutra menurut pengalaman saya tidak semua dalam wadah pemeliharaan murni isi cacing sutra kadang muncul aneka hewan air yang muncul seperti uget uget, larva nyamuk merah, bahkan cacing berbentuk kecil berwarna putih. Namun saya yakin yang menempel di singkong rebus tersebut adalah anakan cacing sutra hasil dari budidaya.

Dengan demikian menurut saya pribadi singkong rebus bisa dijadikan pakan untuk anakannya, karena saya sudah mencobanya beberapa kali.

Semoga artikel sederhana ini bisa bermanfaat bagi rekan-rekan yang ingin mencoba budidayanya. Namun saya menyarankan lebih bagus memakai media lumpur yang sudah disaring karena bisa berpotensi lebih maksimal.

Contoh anakan cacing sutra

Rabu, 20 Agustus 2014

Tentang Artemia Salina (si udang purba)


Artemia salina termasuk krustasea familia Anostrata atau udang-udangan tingkat rendah yang berenang bebas, di perairan asin seluruh dunia tapi bukan di laut lepas.

Badannya tidak berkulit lepas atau tidak bercangkang sebagaimana udang pada umumnya, tetapi mempunyai kulit yang juga dari Chitin dengan rantai protein yang lebih lunak.

Yang unik lagi dari binatang ini adalah mempunyai 3 buah mata. Dua buah mata majemuk berfungsi sebagai mata pada umumnya yaitu sebagai penerima sinar, sementara yang satu lagi yang disebut mata naupliar merupakan mata primitive yang berfungsi saat larva tetapi akan hilang fungsinya saat dewasa walaupun secara fisik masih ada.

Ukurannya mencapai 15 mm, dengan warna kebanyakan merah seperti daging segar yang sangat dipengaruhi oleh kandungan garam dimana ia hidup. Sepanjang badan terdapat 11 pasang kaki renang seperti lembaran daun dan proseus insang.

Artemia berkembang biak dengan telur/ kista yang mempunyai pelindung keras  (cangkang) dan dapat berumur panjang, menurut para pakar lama hidupnya dapat mencapai 50 tahun apabila kondisinya memungkinkan.

Karena kelebihannya yang lama inilah maka artemia diperdagangkan dalam bentuk telur/kista ini. Larva yang menetas panjangnya kira-kira 0,25 mm atau 0,01  inci. Hewan ini baik larva  (naulplii) maupun yang dewasa amat berharga sebagai pakan ikan.

Untuk digunakan sebagai pakan ikan, telur / kista artemia harus ditetaskan lebih dahulu dan tetasannya berupa larva atau di kenal dengan nama nauplii yang diberikan ke ikan.

Caranya adalah dengan memasukan telur / kista kedalam larutan garam dapat dibuat dengan melarutkan garam krosok atau garam rakyat (bukan garam dapur bataan) yaitu garam yang belum ditambahkan apapun sebanyak sekitar 1 ons  dalam 4 liter air.

Aerasikan kuat-kuat agar telur tetap bergerak. Pada suhu 24-28 derajat celcius telur akan menetas 24-36 jam kemudian.

Panen nauplii agar bersih dari kulit atau cangkangnya yang keras dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Matikan aerasi sekitar setengah jam atau lebih, kemudian berikan sinar disisi tangki atau tempat penetasan (tempat penetasan lebih baik yang transparan) nauplii akan berkumpul di daerah yang ada sinarnya, kemudian dapat disedot dengan selang sipon.

Cara lain adalah telur ditetaskan dalam bak berbentuk corong yang dibawahnya di beri keran keluar. Setelah aerasi dihentikan buka corong dari bawah, mungkin yang keluar pertama kali adalah telur yang tak menetas, sebaiknya di buang saja.

Kemudaian nauplii dapat dikeluarkan sampai habis. Biasanya sisa cangkang yang mengapung akan tersisa atau tertinggal menempel di dinding bak.

Untuk memberikannya pada ikan air tawar nauplii dicuci sebentar dalam air tawar karena artemia akan mati setelah beberapa lama di air tawar, maka pemberiannya harus dilakukan sedikit demi sedikit, tetapi sering sedot atau ambil sisa yang tidak termakan karena artemia yang mati akan mengotori air dan dapat meracuni ikan.

Artemia dapat di pelihara sampai dewasa dangan jalan naupliinya ditebar di tempat yang luas dan diberi aerasi terus menerus.

Pakan dapat diberikan berupa yeast (ragi) dan dedak yang sudah dilarutkan. Diperlukan air asin atau kadar garam yang cukup tinggi 35-50 ppt salinitas air yang dapat dibuat dari larutan garam.

Dengan memelihara dalam air asin ini. Artemia dapat menjadi besar dan dapat digunakan untuk pakan ikan yang besar terutama ikan hias laut.

Perkembang biakan di habitat aslinya
Cara berkembang biak hewan ini juga unik, yaitu dapat terjadi dalam dua cara. Cara pertama adalah dengan jalan bertelur atau membuat kista.

Telur yang sudah terbuahi jantannya akan dibawa di kantung dipangkal ekor induk betina. Bila kondisi bagus telur yang matang akan menetas jadi larva atau dikenal dengan nama nauplius (bila satu) dan nauplii (bila banyak) yang akan berenang bebas.

Apabila kondisi jelek misal iklam panas kekeringan yang menyebabkan kadar garam naik maka akan membuat kista dengan cangkang keras yang tahan lama dan hanya akan menetas bila kondisi cukup baik untuknya.

Cara kedua adalah dengan jalan yang disebut partenogenesis yaitu induk betina dapat beranak tanpa jantan. Hal ini terjadi bila jantan amat sedikit. keturunan dari car berkembang biak yang demikian umumnya anaknya akan betina semua, produksi anaknya mencapai 300 ekor dalam 4 hari.


Sumber : Majalah d'fishes No. 16 Bulan Februari tahun 2009



Artikel terkait 


Blogger Kuningan

Blogger Kuningan