Petasol adalah sebuah inovasi yang sangat menarik di Indonesia, yaitu Bahan Bakar Minyak BBM yang dibuat dari pengolahan sampah plastik. Penemuan ini menawarkan solusi ganda yang akan membantu mengatasi masalah penumpukan sampah, juga menyediakan sumber energi alternatif yang dapat menggantikan BBM konvensional seperti minyak solar.
Bapak Wahyu Dharmawan, pendiri BSS Induk Melong 26 Cimahi, menjelaskan bahwa dalam satu hari kapasitas produksi maksimal mencapai 100 kilogram. Dari jumlah tersebut, jika bahan plastik yang digunakan dalam kondisi bersih, hasilnya berkisar antara 60 hingga 90 liter. Namun, bila plastik yang diolah relatif kotor, produksi harian paling sedikit menghasilkan sekitar 70 liter.
Bahwa sebelum bahan bakar hasil produksi bisa digunakan secara luas, ada serangkaian uji kelayakan yang dilalui. Pertama, produk wajib memenuhi 17 parameter teknis yang ditetapkan. Setelah itu dilakukan dyno test atau uji performa, dimana bahan bakar dipakai pada kendaraan yang terus melaju hingga jarak 40.000 kilometer, dengan pemeriksaan performa setiap 10.000 kilometer. Jika setelah seluruh rangkaian uji tersebut bahan bakar terbukti aman dan nyaman digunakan dalam jangka panjang, barulah produk dianggap layak untuk dikonsumsi oleh masyarakat.
Menariknya bahwa masyarakat yang ingin memanfaatkan Petasol diwajibkan menyerahkan sampah plastik terlebih dahulu. Langkah ini sekaligus menjadi upaya untuk mendorong terciptanya ekonomi sirkular, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang.
Harga Petasol relatif bersaing dengan solar Pertamina, namun karena jarak tempuhnya lebih panjang, bahan bakar ini lebih irit dibandingkan BBM lain di pasaran. Saat di hitung oleh salah satu pengguna satu liter solar biasanya hanya cukup untuk menempuh delapan kilometer, sedangkan Petasol bisa mencapai 13 kilometer.
Selain itu, Petasol memberikan keuntungan lain berupa akselerasi yang lebih baik, mesin terasa lebih halus, dan suara kendaraan tidak terlalu berisik dibandingkan solar biasa. Meski begitu, Petasol belum bisa dibeli secara bebas sehingga setiap kali ingin mengisi, dimana harus datang ke BSS Melong. Pengguna yang sudah memakai berharap ke depan cabang distribusi Petasol bisa diperbanyak agar masyarakat lebih mudah mendapatkannya.
Yang membuat Petasol menjadi solusi yang menjanjikan adalah kualitasnya yang sangat baik. Berdasarkan hasil pengujian, bahan bakar Petasol ini memiliki mutu yang sebanding dengan minyak solar pada umumnya. Bahkan, beberapa klaim menyebutkan bahwa kualitasnya hampir mendekati BBM premium seperti produk dari Pertamina.
Kualitas ini memastikan bahwa Petasol dapat digunakan dengan aman dan efektif untuk berbagai jenis mesin diesel, mulai dari mesin kendaraan bermotor, hingga mesin-mesin yang digunakan oleh para petani. Dengan adanya bahan bakar alternatif ini, petani dan nelayan berpotensi memiliki sumber energi yang lebih mandiri dan terjangkau untuk kegiatan sehari-hari.
Namun, menurut Pakar Konversi Energi ITB Bapak Tri Yus Widjajanto menilai pengembangan Petasol masih terkendala aturan teknis yang belum lengkap, karena perpres hanya berupa instruksi umum dan kementerian terkait masih harus menyusun petunjuk pelaksanaan. Ia juga menyoroti kebijakan tarif sampah di daerah yang membuat bahan baku tidak bisa diperoleh gratis, sehingga biaya produksi meningkat. Kondisi ini berpotensi membuat harga Petasol sulit bersaing dengan BBM konvensional jika masalah regulasi dan tarif tidak segera diatasi.
Dengan demikian memang sampah plastik yang disesuaikan kategori ini bisa diolah menjadi bahan bakar melalui proses pemanasan tanpa oksigen yang menguraikan plastik menjadi gas lalu dikondensasi menjadi cairan mirip solar. Teknologi ini sudah dipakai di beberapa daerah di Indonesia seperti di daerah Cimahi, untuk menghasilkan Petasol, meski produksinya masih terbatas.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Desember 2025
Kuningan Desember 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu