Langkah awal yang krusial adalah menyiapkan lahan sawah dengan kedalaman ideal 30-50 cm. Dinding lahan perlu dibuat menggunakan mulsa untuk menjaga area budidaya. Tanah sawah harus dibalik secara merata, baik menggunakan cangkul atau traktor, untuk membersihkan bibit penyakit dan memperbaiki tekstur tanah agar menjadi halus.
Setelah itu, tambahkan pupuk kandang dari kotoran puyuh, ayam, atau ternak lain saat pengolahan tanah untuk memperkaya nutrisi. Setelah tekstur tanah halus, air dialirkan ke sawah hingga ketinggian 3 sampai 5 cm dari permukaan tanah. Terakhir, pasang paranet di atas lahan dengan daya serap sekitar 60% untuk melindungi cacing sutra dari paparan langsung sinar matahari dan hujan, menciptakan lingkungan yang stabil.
Pakan untuk cacing sutra disiapkan dari campuran berbagai bahan organik, meliputi pupuk dari kotoran burung puyuh, dedak, ampas tahu, limbah sayuran, probiotik komersial dan molase.
Pakan untuk cacing sutra disiapkan dari campuran berbagai bahan organik, meliputi pupuk dari kotoran burung puyuh, dedak, ampas tahu, limbah sayuran, probiotik komersial dan molase.
Semua bahan ini dicampur merata, kemudian dimasukkan ke dalam drum dan ditutup rapat. Penting untuk memasang pipa pada drum untuk mengeluarkan gas yang terbentuk selama proses fermentasi. Proses fermentasi ini berlangsung selama 7 sampai 14 hari, menghasilkan pakan yang kaya nutrisi dan mudah dicerna oleh cacing sutra.
Bibit cacing sutra dapat disiapkan dari indukan berusia 40 sampai 45 hari. Alternatifnya, biomassa cacing sutra dapat diambil, dicampur dengan sedikit air, dan kemudian ditebarkan secara merata di lahan sawah dengan dosis sekitar 250 sampai 500 ml per meter persegi. Penebaran bibit yang tepat akan memastikan populasi cacing sutra dapat berkembang dengan baik.
Siklus hidup cacing sutra berkisar antara 40 sampai 45 hari. Pemeliharaan utama melibatkan pemberian pakan yang telah difermentasi sebanyak 1 sampai 2 kali sehari, dengan dosis 100 sampai 200 ml per meter persegi. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dengan menyebarkan pakan pada titik-titik koloni cacing sutra agar mudah diakses.
Pemanenan cacing sutra dapat dilakukan sekitar 1 hingga 1,5 bulan, atau setelah 40-45 hari sejak penebaran bibit. Metode panen sebagian sangat dianjurkan, yaitu dengan mengambil sekitar 80 persen dari total cacing sutra dan menyisakan 20 persen sebagai bibit untuk budidaya selanjutnya.
Bibit cacing sutra dapat disiapkan dari indukan berusia 40 sampai 45 hari. Alternatifnya, biomassa cacing sutra dapat diambil, dicampur dengan sedikit air, dan kemudian ditebarkan secara merata di lahan sawah dengan dosis sekitar 250 sampai 500 ml per meter persegi. Penebaran bibit yang tepat akan memastikan populasi cacing sutra dapat berkembang dengan baik.
Siklus hidup cacing sutra berkisar antara 40 sampai 45 hari. Pemeliharaan utama melibatkan pemberian pakan yang telah difermentasi sebanyak 1 sampai 2 kali sehari, dengan dosis 100 sampai 200 ml per meter persegi. Pemberian pakan sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari, dengan menyebarkan pakan pada titik-titik koloni cacing sutra agar mudah diakses.
Pemanenan cacing sutra dapat dilakukan sekitar 1 hingga 1,5 bulan, atau setelah 40-45 hari sejak penebaran bibit. Metode panen sebagian sangat dianjurkan, yaitu dengan mengambil sekitar 80 persen dari total cacing sutra dan menyisakan 20 persen sebagai bibit untuk budidaya selanjutnya.
Cacing sutra dikumpulkan dari koloni, ditampung dalam ember hingga airnya jernih, kemudian disaring dan dialiri air bersih hingga bebas dari lumpur dan kotoran. Cacing sutra yang sudah bersih ini siap dijual atau digunakan langsung untuk kegiatan pembenihan ikan, menyediakan sumber pakan berkualitas tinggi secara berkelanjutan.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Juli 2025
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu