Dalam vlog video team vlog Koki in Bali memulai dengan menunjukkan lokasi pencarian cacing sutra di daerah Denpasar Bali. Area yang ideal untuk menemukan cacing ini adalah tempat-tempat berair dangkal yang banyak ditumbuhi lumut dan seringkali bercampur dengan limbah rumah tangga.
Alat sederhana namun efektif, yaitu saringan atau ayakan khusus sebagai jaring serok cacing sutra, digunakan untuk mengambil lumut halus yang sudah bercampur dengan cacing. Saat cacing berhasil didapat teksturnya akan terasa kenyal saat digenggam. Proses pencarian ini membutuhkan waktu yaitu dari jam 4 sore hingga jam 9 malam.
Setelah berhasil mengumpulkan lumpur yang bercampur cacing, langkah selanjutnya adalah proses pemisahan. Lumpur tersebut direndam dengan air bersih selama sekitar 15 menit. Kemudian, cacing dikeringkan menggunakan spons dengan cara menekannya secara perlahan.
Setelah berhasil mengumpulkan lumpur yang bercampur cacing, langkah selanjutnya adalah proses pemisahan. Lumpur tersebut direndam dengan air bersih selama sekitar 15 menit. Kemudian, cacing dikeringkan menggunakan spons dengan cara menekannya secara perlahan.
Teknik ini bertujuan untuk memisahkan cacing dari lumpur. Permukaan cacing dan lumpur yang telah dikeringkan harus diratakan. Setelah itu, ember yang berisi cacing dan lumpur ditutup rapat dengan terpal atau bahan sejenis selama dua jam. Setelah dua jam, cacing akan secara alami naik ke permukaan, memudahkan proses panen. Proses panen ini biasanya dilakukan dua kali. Video menekankan bahwa pengeringan adalah inti dari proses pemisahan ini semakin kering media, semakin mudah cacing terpisah dari lumpur.
Cacing yang telah dipanen kemudian dicuci berkali-kali dengan air bersih untuk menghilangkan sisa kotoran, lumpur, atau lendir yang masih menempel pada cacing. Menariknya, air bekas cucian cacing ini tidak dibuang begitu saja. Sebaliknya, air tersebut dimanfaatkan sebagai pakan untuk kultur daphnia magna (kutu air) sekaligus sebagai praktek budidaya yang efisien. Setelah bersih cacing sutra siap diletakkan di tempat penampungan.
Video juga memperkenalkan konsep "simbiosis mutualisme" dalam sistem budidayanya yaitu air dari penampungan cacing sutra digunakan untuk kultur kutu air, dan air dari kultur kutu air kemudian dikembalikan lagi ke cacing sutra. Sistem ini efisien dalam penggunaan air.
Aspek yang paling menarik dan inovatif dalam video ini adalah konsep "simbiosis mutualisme" yang diterapkan dalam pembersihan dan penyimpanan cacing. Pemanfaatan air cucian cacing untuk pakan kutu air, dan kembalinya air kultur kutu air ke cacing sutra, adalah contoh sangat baik dari praktek budidaya berkelanjutan. Ini tidak hanya mengurangi limbah juga membuat ekosistem mini yang saling mendukung yang bisa menjadi pelajaran baru bagi para pembudidaya.
Secara keseluruhan, vlog video ini memberikan panduan teknis yang jelas tentang mencari dan membersihkan cacing sutra, juga menyisipkan narasi inspiratif tentang bagaimana kegiatan ini menjadi penopang hidup keluarga di masa pandemi, dan direkomendasikan bagi yang mencari ide bisnis dari sumber daya alam seperti cacing sutra yang amat bermanfaat sebagai pakan hidup bernutrisi untuk perikanan.
Semoga infonya bermanfaat.
Secara keseluruhan, vlog video ini memberikan panduan teknis yang jelas tentang mencari dan membersihkan cacing sutra, juga menyisipkan narasi inspiratif tentang bagaimana kegiatan ini menjadi penopang hidup keluarga di masa pandemi, dan direkomendasikan bagi yang mencari ide bisnis dari sumber daya alam seperti cacing sutra yang amat bermanfaat sebagai pakan hidup bernutrisi untuk perikanan.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Juli 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu