Seorang pendidik yang inovatif telah menunjukkan bahwa keterbatasan ruang bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan dalam bidang budidaya perikanan. Dengan pendekatan yang kreatif dan berwawasan lingkungan.
Ia memanfaatkan galon bekas air minum yang biasanya hanya menjadi limbah plastik sebagai media alternatif untuk membudidayakan ikan lele dan gurame di area yang sangat terbatas, seperti halaman rumah atau sudut-sudut sempit di lingkungan perkotaan.
Langkah ini tidak hanya menjadi solusi praktis bagi yang tinggal di daerah padat penduduk dengan minim lahan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang ramah lingkungan. Hasil dari metode budidaya ini pun sangat mengesankan.
Kualitas rasa ikan meningkat secara signifikan lebih gurih karena sistem pemeliharaan yang bersih dan terkontrol, serta keuntungan finansial yang menjanjikan bagi pelaku budidayanya.
Inisiatif ini membuktikan bahwa dengan kreativitas, ketekunan, dan kemauan untuk mencoba hal baru, siapa pun bisa membuat peluang dari keterbatasan. Budidaya ikan di galon bekas bukan hanya tentang menghasilkan ikan, tetapi juga tentang menciptakan perubahan positif dalam cara kita memandang limbah, ruang, dan potensi diri.
Inspirasinya berawal dari pengamatan sederhana terhadap tumpukan galon bekas yang nilai jualnya sangat rendah di pasar rongsok. Ia melihat potensi besar dalam limbah tersebut dan bertekad untuk mengubahnya menjadi media produktif.
Dalam prakteknya ia merekomendasikan penggunaan bibit lele jenis Sangkuriang dengan ukuran sekitar 10 cm. Bibit yang terlalu kecil, seperti ukuran 5 sampai cm, memiliki risiko kematian yang tinggi. Setiap galon idealnya diisi maksimal 15 ekor lele untuk menjaga kepadatan yang sehat.
Seleksi atau sortir ikan wajib dilakukan minimal tiga kali dalam tiga bulan pertama. Tujuannya adalah memisahkan ikan yang besar dan kecil untuk menghindari kanibalisme dan memastikan pertumbuhan yang merata. Air dalam galon perlu diganti dua kali seminggu karena cepat keruh, dan masa panen lele berkisar antara 2,5 hingga 4 bulan.
Berbeda dengan lele, gurame memiliki sensitivitas yang lebih tinggi. Setiap galon hanya boleh diisi satu ekor gurame berukuran tiga jari. Mencoba menempatkan lebih dari satu ekor dalam satu galon terbukti menyebabkan kematian. Pemberian pakan harus sangat hati-hati karena sisa pakan yang mengendap dapat menjadi racun.
Salah satu keunggulan dari metode budidaya ini adalah kualitas rasa ikan yang lebih gurih dan bersih. Lele yang dipelihara di galon memiliki rasa yang lebih enak karena airnya dikuras total dan diganti secara rutin, sehingga kotoran tidak menempel pada kulit ikan.
Meski metode ini menawarkan banyak keunggulan tidak menutup mata terhadap tantangan yang ada seperti kendala yang dihadapi adalah kekurangan air, terutama saat musim kemarau ketika pasokan dari sumur menjadi terbatas.
Pengalaman budidaya perikanan konsumsi ini membuktikan bahwa inovasi bisa datang dari hal sederhana. Dengan semangat dan keberanian untuk mencoba, ia berhasil mengubah galon bekas menjadi sumber kehidupan baru baik bagi lingkungan, ekonomi keluarga, maupun masyarakat luas.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Oktober 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu