Jumat, 31 Oktober 2025

Konsep pertanian SARPANTIK

Artikel review video youtube kali ini adalah dari channel youtube Penyuluh Pertanian Kebumen yang diupload pada tanggal 4 Juli 2025 dengan judul "Konsep Pertanian SARPANTIK (Sayur, Padi, Ikan dan Itik) //Aipda Margadi". 

Video ini memperkenalkan dan membahas konsep pertanian terintegrasi rantai makanan alami yang inovatif. Konsep ini dikembangkan oleh Aipda Margadi, seorang anggota Babin Kamtibmas Polsek Bulus Pesantren di Kebumen, yang memiliki hobi bertani.


Konsep pertanian terintegrasi selalu menjadi topik hangat di kalangan petani, namun Aipda Margadi, seorang anggota kepolisian dari Kebumen, Jawa Tengah, memperkenalkan sebuah inovasi yang jauh lebih terpadu yaitu SARPANTIK (Sayur, Padi, Ikan dan Itik). 

Bukan sekadar hobi sampingan, konsep ini adalah sebuah filosofi bertani yang bertujuan mencapai efisiensi biaya, hemat tenaga dan kesehatan produk. Video ini menjelaskan bagaimana keempat elemen ini disatukan dalam satu ekosistem yang mandiri dan saling menguntungkan.

Inti dari SARPANTIK terletak pada sistem ekologis yang cerdas yaitu komponen adalah padi dan ikan (Minapadi), dimana ikan lele yang dipelihara di sawah akan menghasilkan panen ganda juga bertindak sebagai agen pemelihara alami disawah. 

Pak Margadi secara khusus menggunakan ikan lele jenis mutiara, yang terbukti dapat membasmi hama, memakan jasad renik dan gulma, secara efektif menggantikan kebutuhan akan pestisida kimia dan juga menghilangkan pekerjaan manual seperti mencabut rumput. Hal ini terdapat perbedaan dengan pertanian konvensional yang padat modal dan tenaga.

Proses budidayanya pun dibuat sederhana. Benih lele sebelumnya akan ditandonkan di sumur khusus, dan baru akan dilepas ke sawah setelah padi berumur dua minggu. Setelah itu, lele hanya diberi pakan tambahan sekali sehari, karena sebagian besar nutrisi didapatkan dari ekosistem sawah itu sendiri.

Menariknya dari sistem ini yang diterapkan di menyebutkan bahwa lele yang dipelihara di sawahnya cenderung lebih sehat dan jarang terkena penyakit umum lele dibandingkan yang dipelihara di kolam biasa. Walaupun pada awal nya ada hama yang menyerang benih lele di sawah minapadi seperti burung bangau. 

Penghematan tidak berhenti di situ yang mana kotoran ikan lele secara alami berfungsi sebagai pupuk organik, sehingga petani hanya perlu menggunakan pupuk kimia (urea) pada dosis sangat rendah di awal tanam. Hasilnya? Panen padi yang baik, dan panen lele yang melimpah tanpa modal pakan yang besar.

Integrasi dalam SARPANTIK meluas hingga ke pematang sawah. Di sana, ditanamlah Sayuran seperti kangkung darat yang tidak hanya dikonsumsi oleh keluarga tetapi juga berfungsi sebagai pakan tambahan bagi itik dan entok yang dipelihara.

Kehadiran entok ini melengkapi rantai makanan alami, dimana kotoran hewan ternak ini pun dapat digunakan sebagai pupuk kandang untuk menyuburkan tanah, menutup siklus nutrisi secara sempurna. Sistem ini benar-benar membuat sistem pertanian terpadu yang meminimalkan input dari luar.

Dengan sistem ini, hasil padi tergolong bagus. Lahan seluas 30 ubin (sekitar 0.042 hektar) bisa menghasilkan panen hingga 12 karung atau sekitar 4 hingga 6 kuintal gabah. Ini dianggap lebih menguntungkan dibandingkan metode konvensional. Dari sekian benih lele, bisa didapatkan sekitar puluhan kg lele saat panen, dengan modal pakan yang sangat minim sekitar Rp. 100.000 karena sebagian besar pakan didapat secara alami. 

Dengan bertani yang terintegrasi, petani akan menghemat juga mewariskan lahan yang sehat kepada generasi mendatang, sejalan dengan prinsip bahwa "Alam ini bukan punya kita, tapi titipan anak cucu." Konsep SARPANTIK ini membuktikan bahwa dengan ide yang tepat, petani bisa meraih hasil melimpah dengan modal sedikit dan tenaga minimal.

Semoga infonya bermanfaat.



Kuningan Oktober 2025

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pesan akan di moderasi dulu

Blogger Kuningan

Blogger Kuningan