Dalam vlog video ini mendokumentasikan kegiatan sehari-hari Mang Ase, seorang pencari cacing sutra di alam yang diklaim memiliki omset menjanjikan karena permintaan cacing sutra yang tinggi, terutama sebagai makanan utama bagi benih ikan yaitu sekitar 8 hingga 10 juta rupiah perbulannya.
Untuk pencarian dan mendapatkannya dialam sebagai habitat cacing sutra ia memerlukan alat yang sederhata. Alat yang dibawa adalah karung plastik untuk menampung cacing yang sudah diayak, serok untuk menyaring lumpur dan ember untuk menampung air dan hasil serokan lumpur. Pencarian ini dilakukan di kali atau saluran air yang berlumpur agak kehitaman.
Proses pencarian cacing sutra dilakukan dengan menyerok lumpur halus dari dasar kali di lokasi yang diduga mengandung cacing sutra, kemudian lumpur tersebut diayak secara kasar di dalam air kali untuk memisahkan cacing dari kotoran. Hasil ayakan berupa lumpur yang didominasi cacing dimasukkan ke dalam karung yang telah disiapkan. Selama proses ini, cacing terlihat menggumpal dan berwarna kemerahan di dalam air keruh setelah diserok.
Menurutnya, cacing sutra yang berkualitas baik berasal dari lumpur paling dalam dengan ciri warna agak kecoklatan dan saat diangkat masih menggumpal, tidak langsung buyar, sehingga dianggap lebih kuat dan awet. Dalam sehari, Mang Ase mampu menghasilkan hingga 15 gayung cacing sutra, dengan pencarian pagi sebanyak 7 sampai 8 gayung dan sore sebanyak 8 gayung.
Setelah cacing dibawa pulang, proses pembersihan dilakukan dengan memasukkan cacing beserta lumpurnya ke dalam wadah atau terpal berisi air yang ditutup rapat agar tidak ada udara luar masuk, sehingga cacing dapat naik sendiri ke permukaan air. Setelah digelapkan selama sekitar dua hingga tiga jam, cacing akan mulai naik ke permukaan dan meninggalkan lumpur di bagian bawah. Cacing yang sudah naik kemudian diangkat dan diayak kembali di bak air untuk memastikan hasil yang murni tanpa sampah atau kotoran, sehingga kualitasnya jauh lebih baik.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Oktober 2025
Untuk pencarian dan mendapatkannya dialam sebagai habitat cacing sutra ia memerlukan alat yang sederhata. Alat yang dibawa adalah karung plastik untuk menampung cacing yang sudah diayak, serok untuk menyaring lumpur dan ember untuk menampung air dan hasil serokan lumpur. Pencarian ini dilakukan di kali atau saluran air yang berlumpur agak kehitaman.
Proses pencarian cacing sutra dilakukan dengan menyerok lumpur halus dari dasar kali di lokasi yang diduga mengandung cacing sutra, kemudian lumpur tersebut diayak secara kasar di dalam air kali untuk memisahkan cacing dari kotoran. Hasil ayakan berupa lumpur yang didominasi cacing dimasukkan ke dalam karung yang telah disiapkan. Selama proses ini, cacing terlihat menggumpal dan berwarna kemerahan di dalam air keruh setelah diserok.
Menurutnya, cacing sutra yang berkualitas baik berasal dari lumpur paling dalam dengan ciri warna agak kecoklatan dan saat diangkat masih menggumpal, tidak langsung buyar, sehingga dianggap lebih kuat dan awet. Dalam sehari, Mang Ase mampu menghasilkan hingga 15 gayung cacing sutra, dengan pencarian pagi sebanyak 7 sampai 8 gayung dan sore sebanyak 8 gayung.
Setelah cacing dibawa pulang, proses pembersihan dilakukan dengan memasukkan cacing beserta lumpurnya ke dalam wadah atau terpal berisi air yang ditutup rapat agar tidak ada udara luar masuk, sehingga cacing dapat naik sendiri ke permukaan air. Setelah digelapkan selama sekitar dua hingga tiga jam, cacing akan mulai naik ke permukaan dan meninggalkan lumpur di bagian bawah. Cacing yang sudah naik kemudian diangkat dan diayak kembali di bak air untuk memastikan hasil yang murni tanpa sampah atau kotoran, sehingga kualitasnya jauh lebih baik.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Oktober 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu