Arab Saudi, yang sebagian besar wilayahnya merupakan gurun kering dan panas ekstrem, kini meluncurkan strategi revolusioner untuk mengubah lanskapnya melalui program Saudi Vision 2030. Strategi ini berfokus pada pengembangan sektor aquakultur secara besar di tengah gurun, bukan hanya untuk mengurangi ketergantungan pada minyak, tetapi juga untuk mencapai kemandirian pangan.
Dengan target produksi ikan sebesar 600.000 ton pada tahun 2030, Arab Saudi telah membangun fasilitas aquakultur berteknologi tinggi di wilayah pedalaman. Fasilitas ini mampu memelihara berbagai jenis, termasuk yang sensitif terhadap suhu seperti ikan salmon, berkat sistem tertutup canggih yang secara ketat mengatur suhu, oksigen, dan kualitas air. Keberhasilan ini membuktikan bahwa budidaya ikan skala besar dapat dilakukan di lingkungan yang paling tidak bersahabat sekalipun.
Kunci yang menjadikan proyek ini unik dan berdampak pada penghijauan gurun adalah pemanfaatan air limbah dari kolam ikan. Air ini merupakan "pupuk cair alami" yang lengkap, kaya akan nutrisi penting seperti nitrogen (dalam bentuk nitrat), fosfor, dan kalium. Kandungan nutrisi ini berfungsi menyuburkan tanah gurun yang tandus tanpa perlu menggunakan pupuk kimia sintetis.
Studi lapangan menunjukkan hasil yang mencengangkan, dimana tanaman kurma yang diairi dengan air limbah ikan mengalami peningkatan berat buah yang signifikan. Selain itu, Arab Saudi juga sangat ketat dalam pengelolaan airnya, mengadopsi teknologi irigasi super efisien seperti irigasi tetes dan irigasi bawah tanah, serta menerapkan sistem daur ulang tertutup yang disebut aquaponik.
Sistem aquaponik ini mengintegrasikan budidaya ikan dengan pertanian, di mana air bernutrisi dari ikan menyuburkan tanaman hidroponik, dan air yang telah dibersihkan oleh tanaman kembali ke kolam ikan.
Proyek besar ini juga didukung penuh oleh inisiatif besar seperti Neom Regreening, dimana air bekas budidaya ikan dari fasilitas aquakultur raksasa Neom akan dialirkan untuk mendukung upaya reklamasi hingga 1,5 juta hektar lahan gersang. Selain budidaya ikan, Arab Saudi juga gencar mengembangkan peternakan udang menggunakan sistem bioflok untuk mendaur ulang limbah, serta melakukan riset bioteknologi alga.
Beberapa varian mikroalga bahkan berhasil dikembangkan agar mampu tumbuh menggunakan air laut dan limbah CO2, menawarkan solusi yang sangat hemat air tawar. Secara keseluruhan, proyek ini menunjukkan bahwa Arab Saudi memilih jalur inovasi dan investasi teknologi untuk mengubah tantangan lingkungan menjadi peluang, menetapkan standar baru untuk ketahanan pangan dan keberlanjutan di wilayah yang paling kekurangan sumber daya.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Oktober 2025
Dengan target produksi ikan sebesar 600.000 ton pada tahun 2030, Arab Saudi telah membangun fasilitas aquakultur berteknologi tinggi di wilayah pedalaman. Fasilitas ini mampu memelihara berbagai jenis, termasuk yang sensitif terhadap suhu seperti ikan salmon, berkat sistem tertutup canggih yang secara ketat mengatur suhu, oksigen, dan kualitas air. Keberhasilan ini membuktikan bahwa budidaya ikan skala besar dapat dilakukan di lingkungan yang paling tidak bersahabat sekalipun.
Kunci yang menjadikan proyek ini unik dan berdampak pada penghijauan gurun adalah pemanfaatan air limbah dari kolam ikan. Air ini merupakan "pupuk cair alami" yang lengkap, kaya akan nutrisi penting seperti nitrogen (dalam bentuk nitrat), fosfor, dan kalium. Kandungan nutrisi ini berfungsi menyuburkan tanah gurun yang tandus tanpa perlu menggunakan pupuk kimia sintetis.
Studi lapangan menunjukkan hasil yang mencengangkan, dimana tanaman kurma yang diairi dengan air limbah ikan mengalami peningkatan berat buah yang signifikan. Selain itu, Arab Saudi juga sangat ketat dalam pengelolaan airnya, mengadopsi teknologi irigasi super efisien seperti irigasi tetes dan irigasi bawah tanah, serta menerapkan sistem daur ulang tertutup yang disebut aquaponik.
Sistem aquaponik ini mengintegrasikan budidaya ikan dengan pertanian, di mana air bernutrisi dari ikan menyuburkan tanaman hidroponik, dan air yang telah dibersihkan oleh tanaman kembali ke kolam ikan.
Proyek besar ini juga didukung penuh oleh inisiatif besar seperti Neom Regreening, dimana air bekas budidaya ikan dari fasilitas aquakultur raksasa Neom akan dialirkan untuk mendukung upaya reklamasi hingga 1,5 juta hektar lahan gersang. Selain budidaya ikan, Arab Saudi juga gencar mengembangkan peternakan udang menggunakan sistem bioflok untuk mendaur ulang limbah, serta melakukan riset bioteknologi alga.
Beberapa varian mikroalga bahkan berhasil dikembangkan agar mampu tumbuh menggunakan air laut dan limbah CO2, menawarkan solusi yang sangat hemat air tawar. Secara keseluruhan, proyek ini menunjukkan bahwa Arab Saudi memilih jalur inovasi dan investasi teknologi untuk mengubah tantangan lingkungan menjadi peluang, menetapkan standar baru untuk ketahanan pangan dan keberlanjutan di wilayah yang paling kekurangan sumber daya.
Semoga infonya bermanfaat.
Kuningan Oktober 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Pesan akan di moderasi dulu